Selasa, 30 Desember 2014

Bukti Toleransi Islam Terhadap Agama Lainnya

Agama Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keadilan. Kedalian bagi siapa saja, yaitu menempatkan sesuatu sesuai tempatnya dan memberikan hak sesuai dengan haknya. Begitu juga dengan toleransi dalam beragama. Agama Islam melarang keras berbuat zalim dengan agama selain Islam dengan merampas hak-hak mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ.
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Mumtahah: 8)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullah menafsirkan, “Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik, menyambung silaturrahmi, membalas kebaikan , berbuat adil kepada orang-orang musyrik, baik dari keluarga kalian dan orang lain. Selama mereka tidak memerangi kalian karena agama dan selama mereka tidak mengusir kalian dari negeri kalian, maka tidak mengapa kalian menjalin hubungan dengan mereka karena menjalin hubungan dengan mereka dalam keadaan seperti ini tidak ada larangan dan tidak ada kerusakan.” [1]
Akan tetapi toleransi ada batasnya dan tidak boleh kebablasan. Semisal mengucapkan “selamat natal” dan menghadiri acara ibadah atau ritual kesyirikan agama lainnya. Karena jika sudah urusan agama, tidak ada toleransi dan saling mendukung.
Berikut beberapa bukti bahwa Islam adalah agama yang menjunjung toleransi terhadap agama lainnya dan tentunya bukan toleransi yang kebablasan, diantaranya:
Share:

Sabtu, 27 Desember 2014

Kenapa Semua Terlihat Jahat ?

Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk berlapang dada. Jika kita harus marahpun tidak boleh mendendam. Inilah obat kesejukan hati, penghantar keindahan hidup dalam kebersamaan. Hati yang pendendam akan selalu tersiksa. Selama ia masih hidup bersama dengan sesamanya maka ia akan selalu menemukan kesalahan. Karena manusia adalah makhluk yang bisa bersalah.

Sahabatku, diceritakan ada seseorang yang mengeluhkan  rasa sakit di  setiap bagian tubuhnya apabila disentuh oleh jari telunjuknya. Dan Ia pun berusaha untuk  mengobati rasa sakitnya . Namun  sakit itupun tidak kunjung sembuh . Sekujur tubuhnya masih saja terasa sakit jika disentuh  oleh jari telunjuknya.

Sungguh orang tersebut tidaklah akan pernah menemukan obat jika ternyata yang di periksakan ke dokter adalah hanya bagian tubuh yang disentuh oleh jari telunjuknya saja. Sementara ia melupakan jari telunjuknya, yang justru merupakan sumber dari sakit itu sendiri.

Perumpamaan diatas adalah sebuah gambaran tentang sikap hati yang penuh dendam dan kedengkian. Ia akan sulit hidup didalam sebuah kebersamaan. Dalam pandangannya semua orang seolah-olah memusuhinya dan tidak ada yang benar. Padahal yang menjadikan orang lain menjadi tidak baik dalam pandangannya adalah karena hatinya sendiri yang telah kotor.
Share:

Selasa, 23 Desember 2014

Benarkah Tidak Ada Dalil Yang Melarang Ucapan Selamat Natal?

Belum lama ini sebuah media memuat salah satu pernyataan tokoh liberal yang  menyebutkan bahwasannya tidak ada larangan mengucapkan selamat natal baik dalam Al-Quran maupun hadis. “Nggak ada larangan, baik di Quran maupun hadis, untuk ucapan selamat natal, Ustadz.. Coba aja dicari”, ungkapnya.
Benarkah demikian?
Ternyata tidak demikian kenyataannya. Baiklah, pada kesempatan kali ini -setelah memohon taufik kepada Allah ‘azzwajalla- penulis akan memaparkan dalil-dalil tersebut. Mari kita simak pemaparannya berikut ini.
Dalil pertama: firman Allah ta’ala,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Hamba-hamba Allah yang Maha belas kasih sayang, yaitu orang-orang yang tidak mau menghadiri atau menyaksikan upacara agama kaum musyrik (Az-zuur). Jika mereka melewati tempat yang sedang digunakan untuk upacara agama oleh kaum musyrik, mereka segera berlalu dengan sikap baik” (QS. Al-Furqon, 72).
Makna kata Az-zuur dalam ayat di atas adalah hari raya orang-orang musyrik. Sebagaimana diterangkan oleh para ulama tafsir seperti Mujahid, Rabi’ bin Anas, Ikrimah, Qadhi Abu Ya’la, dan Ad-Dhahak.
Share:

Rabu, 17 Desember 2014

Ucapan Selamat Natal Menurut Madzhab Syafi’i

Asy-Syarbini (wafat 977 H) -rahimahullah-, salah seorang ulama besar Madzhab Syafi’i mengatakan:
“Dan diberi hukuman ta’zir*, seorang yang mengikuti orang-orang kafir dalam merayakan hari raya mereka. Begitu pula orang yang memberikan ucapan selamat kepada seorang kafir dzimmi di hari rayanya” (Mughnil Muhtaj, Asy-Syarbini, 5/526).
Hal senada juga disebutkan dalam banyak kitab syafi’iyyah lainnya, diantaranya: Al-Iqna’ fi halli Alfazhi Abi Syuja’ (2/526), Asnal Matholib (4/162), Tuhfatul Muhtaj (9/181), Hasyiata Qolyubi wa Amiroh (4/206), Annajmul Wahhaj (9/244).
Bahkan lebih tegas lagi Ibnu Hajar Al-Haitami (wafat 982 H) -rahimahullah- mengatakan: “Kemudian aku lihat ada sebagian para imam kami yang muta’akhirin telah menyebutkan keterangan yang sesuai dengan apa yang telah kusebutkan, dia mengatakan:
‘Diantara bid’ah yang paling buruk adalah tindakan kaum muslimin mengikuti kaum Nasrani di hari raya – hari raya mereka, dengan menyerupai mereka dalam makanan mereka, memberi hadiah kepada mereka, dan menerima hadiah dari mereka di hari raya itu. Dan orang yang paling banyak memberi perhatian pada hal ini adalah orang-orang Mesir, padahal Nabi -shallallahu alaihi wasallam- telah bersabda: Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari mereka‘.
Share:

Senin, 08 Desember 2014

Awas, Ada Setan Di Sisi Anda!

 
Sobat! Bayangkan di tengah malam yang sunyi senyap dan gelap gulita, hujan turun rintik-rintik, tiba tiba anda terjaga dari tidur. Anda berusaha untuk tidur kembali namun ternyata mata anda seakan enggan untuk dipejamkan, akibatnya anda gelisah.
Atau barangkali anda sedang asyik berselancar di dunia maya membuka buka situs yang memajang gambar “topless” atau “ayam kampus”. Dalam kondisi semacam itu, tiba tiba anda mendengar suara seseorang yang memanggil anda: “hai fulaaan, engkau susah tidur ya? Fulan, apa yang engkau tonton? Fulan, segera lakukan ini dan itu, pikirkan ini dan itu ….
Anda penasaran dengan suara itu, sehingga anda menoleh ke kanan atau ke kiri, untuk mengetahui siapakah yang memanggil anda. Namun anehnya, walau lampu di kamar anda terang benderang, ternyata tak seorangpun ada di kamar anda selain anda sendiri.
Walau demikian, bisikan suara itu tetap saja terdengar oleh anda, bahkan semakin banyak kata kata yang anda dengar dan seakan semakin keras.
Sobat, kira kira apa yang anda lakukan bila mengalami kondisi semacam ini? Anda menjerit meminta pertolongan? Atau anda segera melarikan diri keluar kamar untuk meminta pertolongan? Ataukah anda akan segera kembali ke kasur anda untuk meneruskan tidur anda? Atau melanjutkan perselancaran anda di dunia maya?
Share:

Selasa, 02 Desember 2014

DALIL YANG HALAL DAN YANG HARAM TELAH JELAS



 
عن أبي عبدالله النعمان بن بشير رضي الله عنهما قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول " إن الحلال بين و الحرام بين , وبينهما مشتبهات قد لا يعلمهن كثير من الناس , فمن اتقى الشبهات فقد استبرأ لدينه وعرضه , ومن وقع في الشبهات فقد وقع في الحرام , كالراعي يرعى حول الحمى يوشك أن يرتع فيه , ألا وأن لكل ملك حمى , ألا وإن حمى الله محارمه , إلا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله , وإذا فسدت فسد الجسد كله , ألا وهي القلب
Dari Abu 'Abdillah An-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma berkata,"Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya yang Halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara yang samar-samar, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, maka barangsiapa menjaga dirinya dari yang samar-samar itu, berarti ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya, dan barangsiapa terjerumus dalam wilayah samar-samar maka ia telah terjerumus kedalam wilayah yang haram, seperti penggembala yang menggembala di sekitar daerah terlarang maka hampir-hampir dia terjerumus kedalamnya. Ingatlah setiap raja memiliki larangan dan ingatlah bahwa larangan Alloh apa-apa yang diharamkan-Nya. Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”. [Bukhari no. 52, Muslim no. 1599]

Hadits ini merupakan salah satu pokok syari’at Islam. Abu Dawud As Sijistani berkata, “Islam bersumber pada empat (4) hadits.” Dia sebutkan diantaranya adalah hadits ini. Para ulama telah sepakat atas keagungan dan banyaknya manfaat hadits ini.
Kalimat, “Sesungguhnya yang Halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara yang samar-samar” maksudnya segala sesuatu terbagi kepada tiga macam hokum. Sesuatu yang ditegaskan halalnya oleh Allah, maka dia adalah halal, seperti firman Allah (QS. Al-Maa’idah 5 : 5),”Aku Halalkan bagi kamu hal-hal yang baik dan makanan (sembelihan) ahli kitab halal bagi kamu” dan firman-Nya dalam (QS. An-Nisaa 4:24), “Dan dihalalkan bagi kamu selain dari yang tersebut itu” dan lain-lainnya. Adapun yang Allah nyatakan dengan tegas haramnya, maka dia menjadi haram, seperti firman Allah dalam (QS. An-Nisaa’ 4:23), “Diharamkan bagi kamu (menikahi) ibu-ibu kamu, anak-anak perempuan kamu …..” dan firman Allah (QS. Al-Maa’idah 5:96), “Diharamkan bagi kamu memburu hewan didarat selama kamu ihram”. Juga diharamkan perbuatan keji yang terang-terangan maupun yang tersembunyi. Setiap perbuatan yang Allah mengancamnya dengan hukuman tertentuatau siksaan atau ancaman keras, maka perbuatan itu haram.
Share:

Minggu, 30 November 2014

SEMUA PERBUATAN BID'AH TERTOLAK





عن أم المؤمنين أم عبدالله عائشة رضي الله عنها قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم " من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد " رواه البخاري ومسلم , وفي رواية لمسلم " من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

Dari Ummul mukminin, Ummu 'Abdillah, ‘Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka dia tertolak".
(Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat Muslim : “Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak sesuai urusan kami, maka dia tertolak”)
[Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718]

Kata “Raddun” menurut ahli bahasa maksudnya tertolak atau tidak sah. Kalimat “bukan dari urusan kami” maksudnya bukan dari hukum kami.
Hadits ini merupakan salah satu pedoman penting dalam agama Islam yang merupakan kalimat pendek yang penuh arti yang dikaruniakan kepada Rasulullah. Hadits ini dengan tegas menolak setiap perkara bid’ah dan setiap perkara (dalam urusan agama) yang direkayasa. Sebagian ahli ushul fiqih menjadikan hadits ini sebagai dasar kaidah bahwa setiap yang terlarang dinyatakan sebagai hal yang merusak.

Pada riwayat imam muslim diatas disebutkan, “Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak sesuai urusan kami, maka dia tertolak” dengan jelas menyatakan keharusan meninggalkan setiap perkara bid’ah, baik ia ciptakan sendiri atau hanya mengikuti orang sebelumnya. Sebagian orang yang ingkar (ahli bid’ah) menjadikan hadits ini sebagai alas an bila ia melakukan suatu perbuatan bid’ah, dia mengatakan : “Bukan saya yang menciptakannya” maka pendapat tersebut terbantah oleh hadits diatas.
Share:

Selasa, 25 November 2014

TAKDIR MANUSIA TELAH DITETAPKAN



 

عن أبي عبدالرحمن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قال حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق " إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما نطفة ثم علقه مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك , ثم يرسل إليه الملك فينفخ فيه الروح , ويؤمر بأربع كلمات : بكتب رزقه , وأجله , وعمله , وشقي أم سعيد . فوالله الذي لا إله غيره إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار , وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة
Dari Abu 'Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anh, dia berkata : bahwa Rasulullah telah bersabda, "Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga. [Bukhari no. 3208, Muslim no. 2643]

Kalimat, “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya ” maksudnya yaitu Air mani yang memancar kedalam rahim, lalu Allah pertemukan dalam rahim tersebut selama 40 hari. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa dia menafsirkan kalimat diatas dengan menyatakan, “Nutfah yang memancar kedalam rahim bila Allah menghendaki untuk dijadikan seorang manusia, maka nutfah tersebut mengalir pada seluruh pembuluh darah perempuan sampai kepada kuku dan rambut kepalanya, kemudian tinggal selama 40 hari, lalu berubah menjadi darah yang tinggal didalam rahim. Itulah yang dimaksud dengan Allah mengumpulkannya” Setelah 40 hari Nutfah menjadi ‘Alaqah (segumpal darah)
Kalimat, “kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya” yaitu Malaikat yang mengurus rahim
Share:

Senin, 10 November 2014

SEJARAH FIQIH SAMPAI TERBENTUKNYA MAZHAB



A. Sejarah Perkembangan Ilmu Fiqih
Jika kita telusuri sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw, para sejarahwan sering membaginya dalam dua periode kenabian yakni periode Mekkah dan periode Madinah. Pada periode pertama risalah kenabian berisi ajaran-ajaran akidah dan akhlaq, sedangkan pada periode kedua risalah kenabian lebih benyak berisi hukum-hukum. Pada periode kenabian hukum-hukum itu berupa hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hukum-hukum yang berasal dari nabi yang merupakan fatwa terhadap suatu peristiwa, putusan terhadap perselisihan atau jawaban terhadap pertanyaan. Dalam mengambil putusan amaliyah para sahabat tidak perlu melakukan ijtihad sendiri, karena mereka dapat langsung bertanya kepada Nabi jika mereka mendapati suatu masalah yang belum mereka katahui. Demikian juga untuk memahami kedua sumber hukum syari’ah ini para sahabat tidak membutuhkan metodologi khusus, karena mereka mendengarkannya secara langsung dari Nabi.
Sampai dengan masa empat khalifah pertama hukum-hukum syari’ah itu belum dibukukan, dan belum juga diformulasikan sebagi sebuah ilmu yang sistematis. Kemudian pada masa-masa awal periode tabi’in (masa Dinasti Umayyah) muncul aliran-aliran dalm memahami hukum-hukum syari’ah serta dalm merespons persoalan-persoalan baru yang muncul sebagai akibat semakin luasnya wilayah islam, yakni ahl al-hadis dan al-ra’y. aliran pertama, yang berpusat di Hijaz (Mekkah-Madinah), banyak menggunakan hadis dan pendapat-pendapat sahabat, serta memahaminya secara harfiah. Sedangkan aliran kedua, yang berpusat di Irak, banyak menggunakan rasio dalam merespons persoalan baru yang muncul.
Di antara ahli fatwa dari kalangan tabi’in adalah Sa’id ibnu Musayyab (13-94 H), Ibrahim al-Nakha’i (49-96 H), Hasan al-Bashri (w. 111 H), dan sebagainya. Namun demikian, pada periode ini juga belum dilakukan pembukuan hukum-hukum syari’ah, dan belum juga diformilasikan dalam ilmu bentuk fiqih. Demikian pula, metode ijtihad belum diformulasikan dalam bentuk ilmu ushul fiqih dan qawaid fiqqiyah. Ilmu-ilmu agama Islam memang baru muncul pada masa-masa awal dari Dinasti Abbasiyah (133-766 H atau 750-1258), setelah kaum Muslimian mendapatkan stabilitas keamanan di seluruh wilayah Islam.
Share:

Sabtu, 08 November 2014

RUKUN ISLAM




عن أبي عـبد الرحمن عبد الله بن عـمر بـن الخطاب رضي الله عـنهما ، قـال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسـلم يقـول : بـني الإسـلام على خـمـس : شـهـادة أن لا إلـه إلا الله وأن محمد رسول الله ، وإقامة الصلاة ، وإيـتـاء الـزكـاة ، وحـج البيت ، وصـوم رمضان

Dari Abu Abdirrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anhuma berkata : saya mendengar Rasulullah bersabda: "Islam didirikan diatas lima perkara yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah secara benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa pada bulan ramadhan". [Bukhari no.8, Muslim no.16]

Abul ‘Abbas Al-Qurtubi berkata : “Lima hal tersebut menjadi asas agama Islam dan landasan tegaknya Islam. Lima hal tersebut diatas disebut secara khusus tanpa menyebutkan Jihad (Padahal Jihad adalah membela agama dan mengalahkan penentang-penentang yang kafir) Karena kelima hal tersebut merupakan kewajiban yang abadi, sedangkan jihad merupakan salah satu fardhu kifayah, sehingga pada saat tertentu bisa menjadi tidak wajib.
Share:

Rabu, 05 November 2014

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI SERTA PERIHAL HARTA BENDA DALAM HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA



A.  Hak Dan Kewajiban Suami Isteri Dalam Hukum Perkawinan Di Indonesia
Masalah hak dan kewajiban suami isteri dalam Undang-Undang Perkawinan diatur dalam Bab VI pasal 30 sampai dengan pasal 34. Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam diatur dalam Bab XII pasal 77 sampai dengan pasal 84. Pasal 30 UU Perkawinan menyatakan :”Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat”. Dalam rumusan Kompilasi pasal 77 ayat (1)      berbunyi : “Suami istri mempunyai kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat”.
Pasal 31 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan :
(1)   Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup dalam masyarakat.
(2)   Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
(3)   Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga.
Ketentuan pasal 31 tersebut, dalam Kompilasi diatur dalam Bagian Kedua tentang Kedudukan Suami Isteri pasal 79.
Selanjutnya pasal 32 UU Perkawinan menegaskan :
(1)   Suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
(2)   Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan oleh suami isteri bersama.
Isi pasal 32 UU Perkawinan tersebut, dalam Kompilasi dituangkan dalam       pasal 78.
Dalam pasal 33 UU Perkawinan menegaskan,”sumai isteri wajib saling mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain”. Dalam Kompilasi diatur dalam pasal 77 ayat  (2). Selanjutnya ayat (3), (4), dan (5) berturut-turut dikutip dibawah ini :
Share:

Minggu, 02 November 2014

IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال : بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر , لا يرى عليه أثر السفر , ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبته إلى ركبتيه ووضح كفيه على فخذيه , وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام , فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم " الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا " قال صدقت فعجبا له يسأله ويصدقه , قال : أخبرني عن الإيمان قال " أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره " قال : صدقت , قال : فأخبرني عن الإحسان , قال " أن تعبد الله كأنك تراه , فإن لم تكن تراه فإنه يراك " قال , فأخبرني عن الساعة , قال " ما المسئول بأعلم من السائل " قال فأخبرني عن اماراتها . قال " أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان " . ثم انطلق فلبث مليا , ثم قال " يا عمر , أتدري من السائل ؟" , قلت : الله ورسوله أعلم , قال " فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم " رواه مسلم
 
Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang tadi berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab," Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya" Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan." Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya menjawab," Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu"
[Muslim no. 8]

Hadits ini sangat berharga karena mencakup semua fungsi perbuatan lahiriah dan bathiniah, serta menjadi tempat merujuk bagi semua ilmu syari’at dan menjadi sumbernya. Oleh sebab itu hadits ini menjadi induk ilmu sunnah.
Share:

AMAL ITU TERGANTUNG NIATNYA



عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول " إنما الأعمال بالنيات , وإنما لكل امرئ ما نوى , فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله , ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها و امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه " متفق عليه

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.
[Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]

Hadits ini adalah Hadits shahih yang telah disepakati keshahihannya, ketinggian derajatnya dan didalamnya banyak mengandung manfaat. Imam Bukhari telah meriwayatkannya pada beberapa bab pada kitab shahihnya, juga Imam Muslim telah meriwayatkan hadits ini pada akhir bab Jihad.

Hadits ini salah satu pokok penting ajaran islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi’I berkata : “Hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu.” Begitu pula kata imam Baihaqi dll. Hal itu karena perbuatan manusia terdiri dari niat didalam hati, ucapan dan tindakan. Sedangkan niat merupakan salah satu dari tiga bagian itu. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i, “Hadits ini mencakup tujuh puluh bab fiqih”, sejumlah Ulama’ mengatakan hadits ini mencakup sepertiga ajaran islam.
Share:

Selasa, 25 Maret 2014

Kiat Memiliki Hati yang Unggul


“Hati adalah raja” ungkapan yang sudah sering kita dengar. Hati adalah raja yang dapat menggerakkan semua anggota tubuh kepada apa yang dikehendaki sesuai kondisinya, apakah ia sehat, tegar, lemah, atau sakit.

Hati yang sakit cenderung kepada hal-hal yang negative. Hati yang lemah tidak memiliki keyakinan yang kuat terhadap satu pekerjaan sehingga sang empunya tidak dapat optimal melakukannya.

Hati yang unggul adalah hati yang sehat dan tegar. Ia akan selalu membimbing seseorang kepada perilaku baik, tidak aniaya terhadap sesama, kerja keras, optimis dan tawakkal. Tidak mudah digoyahkan. Cacian dan hinaan manusia tidak akan berefek terhadap komitmennya.
Semua orang tentu ingin memiliki hati yang unggul ini. Berikut ini beberapa cara untuk memiliki hati yang unggul:

1. Memperkuat iman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan hari akhir.

Dengan cara banyak-banyak mengingat kematian serta balasan kebaikan dan keburukan setelahnya. Ibnu Mas’ud pernah berpesan, “Kalian berada di perlintasan siang dan malam, dalam ajal yang terus mendekat, dan amalan yang akan tetap dicatat. Sedangkan kematian akan datang tiba-tiba. Barangsiapa yang menanam kebaikan, maka ia akan memanen suatu yang menggembirakan. Dan barang siapa yang menanam keburukan, maka ia akan memanen penyesalan.” [Siyaru A’lamin Nubala’: I/497]

2. Takut kepada Allah.

Rasa takut kepada Allah akan menjadi kekuatan yang mencegah dari berlaku durhaka terhadap-Nya. Jika terjerumus ke dalamnya, rasa takut tersebut akan mendorongnya untuk mencari sebab ampunan dan kafarahnya, sehingga ia tidak berada dalam kemurkaan-Nya. Kemudian dia bertaubat, beristighfar, dan memperbanyak kebaikan agar menghapuskan kesalahan-kesalahannya.
Share:

Senin, 10 Maret 2014

Subhanallah !!! Begitu Utamanya Doa Bag. III/III

Salam Silaturrahmi........

Kawan,  waktu, keadaan dan tempat merupakan salah satu hal yang tidak pernah lepas dari kita, bisa dibilang itu merupakan hal wajib yang harus ada, tanpanya kita kita bisa apa-apa. Misalnya saja kalau ingin makan waktunya dalam keadaan masih kenyang, tempat makannya ngak bersih, nah lo..., keadaanya ngak tepatkan buat makan. Contoh lain, kalau kita ingin shalat, waktu, keadaan dan tempatkan sudah diatur sesuai syariat, satu saja hal tersebut tidak sesuai, yang pasti shalat kita tidak bakalan diterima. Begitu juga dengan doa kawan.
Nah..kawan, kali ini ingin berbagi waktu, keadaan dan tempat-tempat yang makbul untuk berdo’a ???

1.     Malam al-Qadar (Lailatul-Qadar)
2.    Akhir malam (waktu shalat tahajud)
3.    Sesudah shalat wajib lima waktu
4.    Di antara adzan dan iqamah
5.    Satu saat pada setiap malam
6.    Ketika adzan untuk shalat wajib
7.    Ketika turun hujan
8.    Ketika berperang di jalan Allah
9.    Satu saat pada hari Jum’at. Pendapat paling kuat bahwa saat tersebut adalah akhir waktu shalat Ashar pada hari Jum’at dan bisa juga pada waktu khutbah dan shalat (Jum’at)
Share:

Kamis, 27 Februari 2014

Subhanallah !!! Begitu Utamanya Doa Bag. II/III

Salam Silaturrahmi........

Kawan, sebelumnya kita sudah membahas begitu utamanya doa (bagian I), saking utamanya doa Nabi Muhammad S.A.W bersabda, “Sungguh, Rabb kalian Tabaraka wa ta’ala Maha Pemalu dan Mahamulia. Dia malu kepada hamba-Nya jika mengangkat kedua tangannya (berdoa) kepada-Nya, lalu membiarkan tanpa memberinya.”[1] Benarkan kawan, Allah saja sampai malu kepada hamba-Nya jika mengangkat kedua tangannya (berdoa) kepada-Nya, lalu membiarkan tanpa memberinya. Tapi kita juga jangan lupa kawan, bahwasanya ketika kita menghadap apalagi meminta eit...pasti ada caranya kan gak nyelonong aja mintanya, contohnya aja klo minta sama ortu ngerayu-ngerayu dikitlah biar banyak dikasih jajannya...he he he.
Nah..kawan, ini nih saatnya berbagi, bagaimana sih adab-adab dan sebab-sebab terkabulnya doa ???

1.     Ikhlas untuk Allah semata.
2.    Memulai dan menutup doa dengan memuji Allah, lalu bershalawat kepada NabiShallahu’alai wa sallama.
3.    Mantab dalam berdoa dan yakin akan dikabulkan.
4.    Sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam berdoa serta tidak tergesa-gesa.
5.    Menghadirkan hati dalam doa.
6.    Berdoa dalam keadaan suka maupun duka.
7.    Hanya meminta kepada Allah.
Share:

Senin, 24 Februari 2014

Subhanallah !!! Begitu Utamanya Doa Bag. I/III

Salam Silaturrahmi........

Kawan, sebagai seorang manusia kita tidak pernah terlepas dari yang namanya kekurangan (apapun itu... ada aja yang kurang...he he). Yaah...namanya juga kurang rasanya pengen nambah, iyakan kawan (begitu juga saya...pengen nambah terus nih ilmunya...he he). Tapi kita tahu pasti, tidak semua orang bisa menanggulangi yang namanya kekurangan tersebut. Namanya juga manusia terkadang terpikir atau bahkan terlaksana yang namanya Jalan Pintas untuk menanggulangi kekurangan itu, dan saya yakin kawan tau hal itu.
Kawan, sebagai orang yang beragama kita dituntut untuk bisa menerima kekurangan itu, apapun bentuknya kita mesti bisa menerimanya. Tapi, kita adalah makhluk, ya makhluk yang selalu butuh pertolongan, lalu bagaimana jika orang-orang yang ada disekitar kita tak mampu menolong, kemana kita harus mencari dan bagaimana agar kita bisa menghadapi kekurangan itu dengan lapang dada???.
Dengan Doa Kawan, karena doa merupakan salah satu obat yang paling mujarab, apalagi jika doa kita dilakukan secara terus menerus dan sungguh-sungguh. Mau tahu lebih jelasnya baca abis ya kawan.

Surat al-Mu’min ayat 60
“Dan Rabb Kalian berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya aku akan kabulkan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk ke neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”
Share:

Senin, 17 Februari 2014

Dewasa...!!! Wajib Mematuhi Hal Ini

Dalam hukum Islam, bagi setiap mukallaf, yaitu orang Muslim yang sudah dewasa, berakal (baligh), serta telah mendengar seruan agama, diwajibkan mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Dalam Islam hukum terbagi pada lima hal:

Pertama: Wajib (Fardhu) ialah perintah yang mesti dikerjakan dengan ketentuan jika perintah itu dipatuhi (dikerjakan) maka yang mengerjakannya mendapat pahala, dan jika tidak dikerjakan maka ia berdosa. Wajib (Fardhu) terbagi kedalam dua bagian :

  1. Wajib (Fardhu) ‘Ain: yaitu kewajiban yang dibebankan kepada setiap orang mukallaf. Artinya bila hanya sebagian orang mukallaf saja mengerjakannya, sedangkan orang lain tidak mengerjakannya, maka kewajiban tersebut tidak membebaskan beban orang yang tidak mengerjakannya. Ex. Kewajiban shalat, berpuasa dan lain sebagainya.
  2. Wajib (Fardhu) Khifayah: yaitu kewajiban yang dibebankan kepada kelompok orang mukallaf. Artinya apabila ada salah seorang dari orang mukallaf telah mengerjakan kewajiban yang dibebankan itu, maka orang mukallaf yang lainnya yang tidak mengerjakan tidak berdosa. Akan tetapi apabila tidak ada seorangpun yang mengerjakannya, maka seluruh orang mukallaf memikul dosanya, karena terabainya kewajiban tersebut. Ex. Memandikan, mengakafi, menshalati serta mengubur jenazah.
Kedua: Sunnat ialah seruan yang kalau dikerjakan mendapat pahala dan jika tidak dikerjakan tidak berdosa. Sunnat juga terbagi kedalam dua hal:
Share:

Kamis, 13 Februari 2014

Wow...Ternyata !!! Sedekah Itu Tidak Hanya Dengan Harta




Assalamu’alaikum wr. wb.

Salam Silaturrahami........

Kawan, kita semua tau bahwa bersedekah merupakan sesuatu yang dianjurkan dalam Islam, baik terhadap mereka yang miskin apalagi yang kaya. So, bagi mereka yang kaya is not problem, lho...lalu buat kita yang ekonominya ga’ stabil (hehehe termasuk saya), kadang diatas kadang juga turun kebawah atau bahkan bawah terus ga’ keatas-atas (eit...yang dimaksud disini diatasnya masih dalam status ekonomi menengah). Apakah ini problem buat kita yang pengen sedekah???

Kawan, katakan NO pada hal tersebut. Why??? Cause, sedekah tidak hanya terpaku pada harta bahkan kata-kata yang baikpun merupakan sedekah kawan. Seperti diterangkan dalam hadist dibawah ini:
Share:

Sabtu, 08 Februari 2014

Satu Ayat Al-Qur’an yang Istimewa


Pada saat pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an menjadi satu mushaf, panitia memberlakukan aturan yang sangat ketat. Ketika ada orang datang dan menyatakan bahwa dirinya hafal satu ayat Al-Quran atau mengaku memiliki catatan satu ayat Al-Quran, pengakuan itu tidak lantas diterima. Namun ini tidak berlaku bagi satu ayat ini.

Pengumpulan Al-Qur’an terjadi pada masa masa Khalifah Abu Bakar. Umar ibn Khatab menetapkan keputusan bahwa setiap orang yang menyodorkan satu ayat yang diklaim sebagai ayat Al-Quran, harus menghadirkan dua orang saksi yang membenarkan pengakuannya. Hal ini dilakukan demi menjaga kemurnian Al-Quran dan menghindari masuknya nash-nash yang bukan bagian dari Al-Quran.

Namun, ketika Khuzaimah al-Anshari menyodorkan ayat:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Telah datang kepada kalian seorang Rasul dari jenis kalian. Terasa berat baginya apa-apa yang menyusahkan kalian. Ia sangat berharap kebaikan bagi kalian; sangat bersikap kasih dan sayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah: 128)
Share:

Jumat, 07 Februari 2014

Penyakit Yang Menyerang Akibat Terlalu Kenyang (Dalam Pandangan Islam)

Awas jangan terlalu kenyang…! begitulah kira-kira pesan Rasulullah saw bila dibahasakan dalam bentuk peringatan. sayangnya hadits itu hanya bersifat informatif belaka bahwa “pangkal segala penyakit adalah terlalu kenyang dan pangkal segala obat adalah lapar

أصل كل داء البردة وأصل كل دواء الازمة يعنى الجوع

Iashlu kulli da-in albardatu wa ashlu kulli dawa-in al-azmatu ya’ni al-ju’u

Dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin, al-Ghazali menjabarkan bahwa ada enam macam penyakit yang diakibatkan kondisi terlalu kenyang. Sebagian merupakan penyakit fisik dan lainnya adalah penyakit batin. Keenam penyakit itu adalah;

Pertama melunturkan rasa takut kepada Allah swt. orang yang terbiasa dalam kondisi kenyang akan selalu merasa kecukupan dan akan terbersit dalam hatinya bahwa ia tidak membutuhkan orang lain lagi, bahkan secara perlahan juga menyingkirkan Allah swt sebagai Yang Maha Pemberi Rzki. Karena seseungguhnya ia mengira bahwa makanan itu merupakan hasil keringatnya.

Penyakit Kedua merupakan lanjutan dari proses penyakit pertama. Ketika rasa takut kepada-Nya telah tiada, maka seseorang akan bermalas-malasan untuk beribadah.
Share:

Kamis, 06 Februari 2014

Siapa Muslim Itu ?

Muslim adalah orang-orang yang telah mengaku kepercayaan dalam Islam . Sebagai orang percaya , mereka menyembah satu Tuhan dan menghormati Nabi Muhammad , S.A.W , sebagai utusan terakhir Allah . Selain itu , mereka juga percaya pada semua nabi yang mendahului Nabi Muhammad S.A.W dan kitab suci yang mereka bawa , seperti Mazmur , Taurat , dan Injil . Sebuah artikel fundamental iman dalam Islam adalah kepercayaan di hari kiamat , ketika semua umat manusia akan dibalas atas perbuatan mereka di dunia ini . Muslim percaya pada malaikat , serta dalam predestinasi .

Setelah Nabi Muhammad S.A.W , Muslim yang pertama adalah orang-orang dari lingkaran sendiri keluarga dan teman-teman serta orang miskin dan yang membutuhkan di Mekah lebih dari 1400 tahun yang lalu . Sebagian abad berlalu , umat Islam hanya tumbuh dalam jumlah . Hari ini , umat Islam mencapai sekitar seperempat dari seluruh penduduk dunia .

Ada antara 1,2 dan 1,6 miliar umat Islam di seluruh dunia . Sebagian besar Muslim terkonsentrasi di negara-negara mayoritas Muslim , seperti Azerbaijan dan Albania di Eropa , Mali dan Tunisia di Afrika , Arab Saudi dan Yordania di Timur Tengah , Pakistan dan Bangladesh di Asia tenggara , Kyrgyzstan dan Uzbekistan di Asia Tengah , dan Indonesia dan Malaysia di Asia Pasifik . Pada saat yang sama , diaspora Muslim berkembang telah berakar di banyak daerah juga, seperti China , Australia , Eropa , Amerika dan Kanada, Amerika Latin , dan bagian barat, tengah , dan selatan Afrika . Diperkirakan bahwa ada sekitar 7 juta Muslim di Amerika Serikat .
Kepercayaan umum bahwa kebanyakan Muslim adalah orang Arab adalah konsep yang salah . Bahkan , mayoritas Muslim di dunia adalah non - Arab .

Islam dan Muslim
Islam tidak dapat dinilai berdasarkan tindakan umat Islam . Islam , agama sempurna dari Allah , sepenuhnya terpisah dari manusia yang tidak sempurna yang menyebut diri mereka Muslim .
Share:

Selasa, 28 Januari 2014

Bagi Muslim Italia, Cara Indonesia Lebih Cocok Dari Pada Cara Arab

Komunitas Muslim Italia
Komunitas muslim di Italia mengagumi cara orang Indonesia dalam menyebarkan agama Islam. Mereka ingin meniru apa yang dilakukan oleh orang Indonesia untuk mengenalkan Islam di Italia.

Wakil Ketua Italian Islamic Religious Community sekaligus Ketua Dewan ISESCO (Islamic Education, Scientific, and Culture Organization) Eropa Yahya Sergio Yahe Pallavicini mengatakan, cara yang dilakukan oleh orang Indonesia sejak ratusan tahun lalu untuk menyebarkan Islam sangat menarik.

Dalam menyebarkan agama Islam, orang Indonesia menggunakan pendekatan budaya. “Ini membuktikan bahwa Islam adalah agama yang bijak, bisa melakukan pendekatan terhadap orang yang belum Islam melalui cara budaya lokal. Ini memberikan keuntungan pada orang yang belum memeluk Islam,” kata Yahya di sela acara Konferensi Islam Khusus Menteri Kebudayaan yang diselenggarakan oleh ISESCO di Madinah, Arab Saudi, Rabu (22/1).

Menurut Yahya, cara yang dilakukan oleh orang Indonesia dalam menyebarkan agama Islam berbeda dengan orang Arab. Ia sudah bertahun-tahun mempelajari bagaimana penyebaran dan pengembangan agama Islam yang dilakukan oleh Indonesia dan Arab. “Arab bagus karena tempat lahirnya Islam.

Tapi tidak mudah jika cara-cara Arab diimplementasikan di Italia,” kata Yahya. Karena itu, ia menilai cara yang dilakukan oleh Indonesia dalam menyebarkan dan mengembangkan agama Islam lebih cocok dikembangkan di Italia. Karena, terkadang orang non muslim di Italia tidak menyukai cara-cara yang dilakukan orang Arab dalam memperkenalkan agama Islam.
Share:

Senin, 27 Januari 2014

Sejuta Fadhilah Shalawat


Al-Mushtafa SAW. Sebingkai mozaik nan indah. Kontruksi cita rasa Sang Kuasa yang sempurna. Cahaya yang bertahta megah di atas cahaya-cahaya. Makhluk terindah, termulia, tersantun, yang tiada duanya.

“Dialah yang di langit dikenal sebagai Ahmad, sedang di bumi dikenal sebagai Muhammad.” begitulah Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi melukiskan sosok Rasulullah SAW dalam kata-kata. “Dialah penguasa maqam mahmud. Bendera puja dan puji tegak dalam genggamannya.”

“Tidaklah ia dikenal sebagai Muhammad sebelum diseru sebagai Ahmad. Sebab (di langit) ar-Robb SWT telah memuji sosoknya jauh sebelum seluruh makhluk mengenalnya. Ia mengagul-agulkannya jauh sebelum manusia menyanjung-nyanjungnya. Engkau bakal menjumpai nama Ahmad pada kitab-kitab suci terdahulu. Sedang dalam al-Qur’anul Karim, termaktub nama Muhammad. Dialah yang terlayak menuai pujian-pujian. Dialah yang teragung diantara insan-insan yang layak dipuji.”

“Hanya untuknya, kelak maqam mahmud disingkap diiringi pujian-pujian. Tak pernah tersingkap untuk selain dirinya. Dengan maqam mahmud itu, Sang Kuasa senantiasa memujinya. Berbekal maqam mahmud itu, ia menjelma sebagai pemberi syafaat tertinggi. Bendera puja dan puji terajut hanya untuknya, seorang. Umatnya disebut-sebut sebagai al-Hamidun (Orang-orang yang gemar memuji) dalam kitab-kitab terdahulu. Dan tatkala kakeknya, Abdul Muthalib, menyematkan nama Muhammad, ia mengunjuk doa, “Aku berharap kelak seluruh penghuni langit dan bumi akan senantiasa memujinya.”
Share:

Rabu, 22 Januari 2014

Arti Sebuah KERINDUAN

Yang terucap dengan lidah kita, tentang Allah SWT, ridho Allah SWT, surga, neraka, Iman kepada Allah SWT, Rasulullah SAW dan segala hal di seputar Islam. Sudahkan kalimat-kalimat tersebut disaat terucap di bibir, sekaligus dirasa oleh hati nurani kita. Berapa kali kita menghadiri diskusi tentang Islam, seminar tentang syari’ah, perencanaan dalam da'wah dan lain sebagainya. Seberapa besar makna kedekatan kita kepada Allah SWT kita rasakan dari segala gebyar aktivitas tersebut. Teringat sabda Nabi SAW, " Ada orang membaca Al-Qur'an, akan tetapi bacaannya tidak bisa melewati tenggorokannya." Artinya ada orang berbicara tentang perjuangan untuk Islam, syari’at Islam, Allah SWT dan lain sebagainya. Akan tetapi pembicaraan tersebut hanya bergema ditenggorokannya saja dan tidak bisa terus meresap ke hati. Ada orang yang sibuk diskusi tentang Islam dan berbicara tentang pemikiran Islam dan Islam akan tetapi diskusi dan pembicaraan tersebut hanya berputar-putar di seputar otak kepalanya dan tidak bisa di hayati oleh hatinya. Ada orang yang lantang suaranya mengajak orang lain kepada Allah SWT dengan metode penyampaian yang amat menarik, akan tetapi ajakan tersebut hanya untuk orang lain sementara hatinya sendiri tidak merasa terpanggil untuk menyambut ajakan tersebut. Itulah orang-orang yang didustakan oleh Allah SWT kelak di Akherat. Di dunia mempunyai gelaran kebesaran dalam urusan agama, akan tetapi gelar-gelar tersebut tidak mereka ketemukan di akhirat.

Yang kita lakukan di saat ini dan di saat-saat yang telah lalu dari diskusi tentang Islam dan da'wah. Yang sering kita suarakan dan kita perdengarkan kepada orang lain tentang iman, surga, neraka dan lain sebagainya. Sudahkan semua itu menjadikan kita semakin takut kepada Allah SWT, semakin rindu kepada Allah SWT, semakin mengagungkan Allah SWT, semakin cinta Rasulullah SAW dan Islam?
Share:

Sabtu, 04 Januari 2014

Menggapai Hidayah Dengan Keinsyafan

Imam muslim mengabadikan sebuah kisah yang di sampaikan oleh Rasulullah SAW. Kisah sebuah ketulusan kunci mendapatkan hidayah dan kemuliaan. Disebutkan bahwa Rasululullah SAW bercerita tentang seorang Kiai yang sangat gemar beribadah. Ia sengaja memilih tempat yang jauh dari kebisingan kota, di atas gununglah yang jadi pilihannya. Cukup lama ia berada di tempat tersebut hari-harinya adalah hanya untuk bersujud dan berdzikir kepada Allah.

Ditempat yang berbeda,yaitu ditengah kebisingan manusia mencari dunia hiduplah seorang pemuda yang bergelimang dalam dosa dan kenistaan. Ia adalah preman pasar yang dalam kesehari-harianya adalah menimbun dosa.
Pada suatu ketika sang kiai yang di atas gunung tersebut kehabisan bekal makanan, maka iapun harus segera turun ketengah pasar untuk membeli bekal makanan secukupnya.

Dalam waktu yang bersamaan, preman pasar yang terkenal dengan kejahatanya tersebut tiba-tiba tergerak hatinya untuk bertemu dengan kiai yang tinggal di atas gunung. Ia yakini ia adalah orang soleh dan kedatangannyapun adalah untuk tujuan yang amat mulya yaitu ingin mendengar nasehat dan mendapatkan bimbingan dari sang kiai. Maka iapun mengambil keputusan untuk pergi ke atas gunung untuk menemui orang tersebut.
Share:
Jasaview.com

Dilihat 30 Hari Terakhir

Blog Archive

Jasaview.com
Jasaview.com