Hendaknya hewan terbaik yang dipilih untuk kurban. Hewan yang gemuk, berwarna putih dan berharga itulah yang biasa jadi pilihan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam saat kurban. Makin gemuk dan berharga tentu semakin utama dalam kurban.
Dalam Bulughul Maram disebutkan hadits pada no. 1355 yang membicarakan masalah hewan yang disembelih pada saat kurban,
عَنْ
أَنَسِ بنِ مَالِكٍ - رضي الله عنه - - أَنَّ اَلنَّبِيَّ - صلى الله عليه
وسلم - كَانَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ, أَقْرَنَيْنِ,
وَيُسَمِّي, وَيُكَبِّرُ, وَيَضَعُ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا. وَفِي
لَفْظٍ: ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ - مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ . وَفِي لَفْظِ: -
سَمِينَيْنِ - وَلِأَبِي عَوَانَةَ فِي "صَحِيحِهِ" : - ثَمِينَيْنِ - .
بِالْمُثَلَّثَةِ بَدَلَ اَلسِّين ِ
وَفِي لَفْظٍ لِمُسْلِمٍ, وَيَقُولُ: - بِسْمِ اَللَّهِ. وَاَللَّهُ أَكْبَرُ -
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
biasa berkurban dengan dua gibas (domba jantan) putih yang bertanduk,
lalu beliau mengucapkan nama Allah dan bertakbir, dan beliau meletakkan
kedua kakinya di pipi kedua gibas tersebut (saat menyembelih). Dalam
lafazh lain disebutkan bahwa beliau menyembelihnya dengan tangannya (Muttafaqun 'alaih) . Dalam lafazh lain disebutkan, "Saminain, artinya dua gibas gemuk." Dalam lafazh Abu 'Awanah dalam kitab Shahihnya dengan lafazh, "Tsaminain, artinya gibas yang istimewa (berharga)." Dalam lafazh Muslim disebutkan, saat menyembelih, beliau mengucapkan, "Bismillah wallahu akbar (artinya: dengan menyebut nama Allah dan Allah Maha Besar)." (HR. Bukhari no. 5565 dan Muslim no. 1966)Beberapa faedah dari hadits di atas:
1- Hadits di atas menunjukkan disyari'atkannya kurban dan dorongan untuk melakukannya. Karena ketaatan yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lakukan tidaklah khusus untuk beliau, namun hal itu dianjurkan pula pada umatnya. Para ulama tidak berselisih pendapat akan disyari'atkannya kurban. Mereka cuma berselisih pendapat apakah kurban itu wajib ataukah sunnah.
2- Kambing gibas (kabsy) adalah jenis kambing yang paling afdhol (paling utama). Namun dilihat dari hewan kurban, yang paling afdhol adalah unta, lalu sapi, kemudian kambing sebagaimana yang bisa dipetik dari hadits keutamaan shalat Jum'at.
3- Hewan jantan untuk kurban lebih afdhol dibanding hewan betina karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits ini menyembelih dengan gibas (domba jantan), ditambah daging jantan itu lebih thoyyib (lebih enak). Namun menyembelih kurban dengan hewan betina juga dibolehkan bahkan ada ijma' (kata sepakat) ulama akan bolehnya. Lihat pembahasan Rumaysho.Com: Bolehkah Kurban dengan Kambing Betina?
4- Lebih afdhol berkurban dengan hewan bertanduk daripada yang tidak. Namun berkurban dengan yang tidak bertanduk juga tetap sah.
5- Ciri-ciri hewan yang terbaik untuk kurban adalah: (1) gemuk, (2) warna putih atau warna putih lebih mayoritas, (3) berharga.
6- Disyari'atkan mengucapkan bismillah dan takbir saat menyembelih hewan kurban, yaitu dengan mengucapkan, "Bismillah wallahu akbar." Adapun mengucapkan "bismillah" itu wajib. Sedangkan mengucapkan "Allahu akbar" dihukumi sunnah.
7- Jika hewan ternak berupa kambing, maka hewan tersebut disembelih dengan cara dibaringkan. Karena itu lebih bersikap lemah lembut padanya. Penyembelih hendaklah meletakkan kaki kanan di pipi hewan kurban (di lehernya sebelah kanan), di mana hewan tersebut dibaringkan di sisi kiri. Lihat Tuntunan Penyembelihan Kurban.
8- Jika orang yang berkurban mampu menyembelih, maka hendaklah ia menyembelih dengan tangannya sendiri karena penyembelihan adalah suatu bentuk pendekatan diri pada Allah. Namun jika yang berkurban tidak bisa menyembelih dengan baik, hendaklah ia mewakilkan pada orang yang tahu cara penyembelihan yang sesuai tuntunan Islam. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun pernah meminta 'Ali bin Abi Tholib untuk mewakilkan beliau dalam penyembelihan kurban yang tersisa pada haji wada'.
Hanya Allah yang memberi taufik. Moga faedah yang singkat dari kajian Bulughul ini Marom bermanfaat bagi kaum muslimin sekalian.
Referensi:
Minhatul 'Allam fii Syarhi Bulughil Marom, Syaikh 'Abdullah bin Sholih Al Fauzan, terbitan Dar Ibnil Jauzi, cetakan pertama, tahun 1431 H, 9: 269-272.
---
Selesai disusun menjelang 'Ashar, 4 Dzulqo'dah 1434 H @ Pesantren Darush Sholihin, Warak, Girisekar, Panggang-Gunungkidul
Artikel www.rumaysho.com
0 komentar:
Posting Komentar