Sabtu, 05 September 2015

PENGARUH ILMU



(Khutbah Jum'at Mesjid Nabawi 13/11/1436 H 28/08/2015 M)
Oleh : Asy-Syaikh DR Abdul Baari Ats-Tsubaiti

Khutbah Pertama :

Ilmu adalah cahaya yang menerangi jalan, pelita bagi para penempuh jalan, ia merupakan poros kemajuan dan perkembangan, merupakan jalan untuk kebangkitan bagi dunia Islami untuk membangun keberadaban yang indah, perekonomian yang kuat, dan insan yang seimbang.

Keutamaan ilmu dan urgensinya telah dijelaskan di kitab-kitab para ulama, mungkin kita akan memfokuskan pada pembicaraan kita tentang suatu perkara yang mungkin terlupakan oleh kita, yaitu tentang hakekat nilai ilmu, dampak dan buahnya. Inilah kerja keras yang dilakukan, harta yang dikeluarkan, bangunan-bangunan yang ditinggikan, serta amal yang terus menerus, ini semua saling menopang untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan cita-cita yang mulia.

Jika kita ingin mengetahui reaksi dari kurikulum dan metode pembelajaran maka hendaknya kita melihat ukuran efek ilmu pada kepribadian, kehidupan, dan masyarakat. Maka hal ini akan mengungkap hakekat yang sesungguhnya bagi kita, akan menjelaskan mana posisi yang kuat dan mana posisi yang masih lemah.

Majunya suatu umat tidaklah diukur dengan banyaknya wawasan yang telah terisikan dalam kepala, tidak juga dengan banyaknya hafalan yang diucapkan oleh mulut, akan tetapi diukur dengan efek dari ilmu tersebut dalam perjalanan hidup, tatkala bersendirian, dalam kehidupan dan perkembangan.

Pada hari ini semakin menguat kebutuhan umat ini terhadap pengembangan efek ilmu dalam segala bidang dan di segala medan.

Yang melemahkan efek dari ilmu dan menghilangkan sedikit nilainya adalah adanya sebagian orang yang berafiliasi kepada ilmu menjadikan ilmu sebagai pakaian yang sebagai hiasan mereka, ilmu dijadikan perhiasan yang mereka membanggakan ijazah-ijazahnya, ilmu dijadikan sebagai tangga untuk kehidupan dan mengumpulkan harta, untuk memuaskan syahwat yang tersembunyi berupa kecintaan terhadap popularitas, unggul di atas teman sejawat, atau mengharapkan pujian.

Dari Jabir –semoga Allah meridhoinya- ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
Share:

Kamis, 06 Agustus 2015

Yakinlah, dan Pejamkan Mata


Iman adalah mata yang terbuka,mendahului datangnya cahaya tapi jika terlalu silau, pejamkan saja lalu rasakan hangatnya keajaiban

Saya tertakjub membaca kisah ini; bahwa Sang Nabi hari itu berdoa.

Di padang Badr yang tandus dan kering, semak durinya yang memerah dan langitnya yang cerah, sesaat kesunyian mendesing. Dua pasukan telah berhadapan. Tak imbang memang. Yang pelik, sebagian mereka terikat oleh darah, namun terpisah oleh ‘aqidah. Dan mereka tahu inilah hari furqan; hari terpisahnya kebenaran dan kebathilan. Ini hari penentuan akankah keberwujudan mereka berlanjut.

Doa itulah yang mencenungkan saya. “Ya Allah”, lirihnya dengan mata kaca, “Jika Kau biarkan pasukan ini binasa, Kau takkan disembah lagi di bumi! Ya Allah, kecuali jika Kau memang menghendaki untuk tak lagi disembah di bumi!” Gemetar bahu itu oleh isaknya, dan selendang di pundaknya pun luruh seiring gigil yang menyesakkan.
Share:

Kamis, 04 Juni 2015

SEORANG HAMBA NAMUN TERAMAT MULIA

Satu ayat Al-Quran bercerita tentang “Isro’”nya Rasulullah SAW, dan ketika itu disebutkan bahwa Rasulullah SAW itu adalah seorang hamba “bi ‘abdihi”. Begitu juga tentang “Mi’raj”nya Rasulullah SAW beliau sendiri bercerita dengan ungkapan hamba “faauha ila abdihi”.

Sebuah ungkapan pendidikan iman kepada Allah SWT Sang Pencipta dan iman kepada Rasulullah SAW yang seorang hamba namun amat dicintai dan dimulyakan oleh Allah SWT. Pendidikan iman yang amat halus dan cermat. Ungkapan yang mengingatkan kita kepada keberadaan Rasulullah SAW yang sebenarnya yaitu seorang hamba pilihan.

Makna yang tersirat dalam ungkapan indah itu adalah ; Rasulullah SAW menjalani Isra dan Mi’raj. Setinggi apapun Rasulullah meniti perjalanan Mi’raj, dan semulia apapun tempat yang beliau kunjungi, akan tetapi tetaplah Rasulullah SAW adalah seorang hamba yang tidak akan berubah menjadi selain hamba Allah SWT. Itulah Rasulllah SAW yang dalam pengalaman istimewa ini Allah SWT dengan sengaja menggelarinya sebagai ‘hamba’.

Ini sangat sesuai dengan apa yang pernah diperingatkan oleh Rasulullah SAW “laatuhhruuni kamaa athratinnasooro ‘Iisaa ibna Maryama” (artinya : Jangan engkau kultuskan aku seperti orang nasrani mengkultuskan Isa bin Maryam). Pendidikan dari Rasulullah SAW agar kita tidak menyanjung berlebihan kepada Rasulullah SAW seperti yang dilakukan kaum nasrani dalam menyanjung Nabi Isa AS. Yaitu dengan menyanjung dan mengangkat Nabi Isa hingga sampai derajat ketuhanan.
Share:

Senin, 01 Juni 2015

MODEL – MODEL PERENCANAAN PENGAJARAN


A.    Pengertian Model Perencanaan Pengajaran
Secara umum istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Istilah lain dari “model” juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan.
“Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi”. (Briggs, 1978).
Hasil akhir dari pengembangan instruksional ialah suatu sistem instruksional, yakni materi dan strategi belajar mengajar yang dikembangkan secara empiris yang secara konsisten telah dapat mencapai tujuan instruksional tertentu.
Pengembangan instruksional ini terdiri dari seperangkat kegiatan yang meliputi perencanaan, pengembangan dan evaluasi terhadap sistem instruksional yang sedang dikembangkan tersebut sehingga setelah mengalami beberapa kali revisi, sistem instruksional tersebut dapat memuaskan hati pengembangannya.
Ada beberapa model pengembangan instruksional, misalnya model pengembangan instruksional Briggs, model Banathy, Model PPSI, Model Kemp, model Garlach dan Ely, dan masih banyak model – model yang belum dibahas.
Model – model tersebut mempunyai banyak perbedaan dan persamaan. Perbedaan model – model terletak pada istilah yang dipakai, urutan, dan kelengkapan langkahnya.
B.     Model – Model Perencanaan Pengajaran
1.      Model PPSI
PPSI merupakan singkatan dari Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional. Model PPSI ini memiliki 5 langkah pokok yaitu :
a.       Tahap 1 : Merumuskan tujuan instruksional khusus
Dalam merumuskan TIK ini ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu :
1)      Menggunakan istilah yang operasional.
2)      Berbentuk hasil belajar.
3)      Berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
4)      Dalam satu TIK hanya memuat satu perubahan tingkah laku.
b.      Tahap 2 : Mengembangkan alat evaluasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan alat evaluasi ini adalah sebagai berikut :
1)      Menentukan jenis tes yang akan digunakan untuk mengukur tercapai tidaknya TIK
2)      Menyusun butir tes (item soal) untuk menilai masing – masing TIK
c.       Tahap 3 : Menetapkan kegiatan belajar dan materi pelajaran
Kegiatan yang harus dilakukan adalah :
Share:

Selasa, 06 Januari 2015

Ismail Zaman Ini

Nabi Ibrahim AS adalah pelopor sebuah perjuangan dan pengorbanan. Jika kita cermati dari peristiwa penyembelihan Nabi Ismail AS. Setidaknya ada dua hal yang perlu kita hadirkan dibalik cerita korban Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Pertama adalah, tidak ada pengorbanan yang berarti jika tidak didasari keimanan dan ketulusan kepada Allah SWT. Pengorbanan yang didasari dengan iman dan ketulusan tidak akan dirasakan berat biarpun bagi yang lainnya terasa berat. Dihadapan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail adalah seorang putra tercinta yang kehadirannya dinanti-nanti sejak puluhan tahun. Dan setelah hadir, dan semakin dalam dirasakan kehadirannya dengan hatinya tiba-tiba mendapatkan perintah dari Allah untuk menyembelih putra tercintanya. Mendapatkan perintah seperti ini Nabi Ibrahim AS tidak merasa keberatan, karena imannya yang berbicara. Disadari bahwa anak ini adalah karunia dari Allah SWT sekaligus amanat. Jika karunia harus diambil sesuai janji Allah SWT tentu karena Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Sebab tidak ada nikmat Allah SWT yang dicabut secara sesungguhnya dari seorang hamba yang beriman. Dan amanat jika ternyata diambil kembali oleh Allah itu artinya justru karena Allah SWT kasih dan sayang kepada hambanya, tidak ingin membebani hambanya sesuatu yang memberatkannya.
Share:

Kamis, 01 Januari 2015

Pendidikan Yang Sesungguhnya

Pendidikan sejati adalah orientasi hati.
Kecerdasan tidak bisa menjadi jaminan keberhasilan didalam pendidikan(tarbiyah).Betapa banyak orang mengeluh karena kenakalan seseorang yang cerdas. Ilmu yang memadai tidak bisa menjadi jaminan bahwa seseorang telah benar-benar mendapatkan tarbiyah.

Sebagian kaum yahudi yang 100% percaya bahwa Nabi Muhammad adalah nabi yang akan di utus di akhir zaman (karena berita itu telah termaktub didalam kitab suci mereka). Akan tetapi disasat tiba waktu kehadiran Nabi Muhammad SAW ditengah-tengah mereka tidak mudah bagi merka untuk menerimnya. Itu bukan karena mereka tidak tahu kalau beliau itu adalah Nabi yang merena nanti-nanti. Tetapi karena ada yang salah didalam tarbiyah maka ilmunyapun tidak membantu mereka untuk menginsafi keberadaan Nabi Muhammagd SAW sebagai Nabi. Kesalahan tarbiyah tersebut menyebabkan kekosonga hatinya dari sifat insaf dan akhirnya datang penggantinya sifat takabbur dan dengki kepada Nabi Muhamad SAW.

Medan tarbiyah adalah didalam hati, dan karena tempatnya adalah hati sulit sekali untuk dideteksi penyakit-penyakitnya. Yang terlahir dari tindak-tanduk itu hanya pancaran dari apa yang ada di dalam hati. Tidak mudah bagi orang yang melihat pancaran itu untuk membedakan apakah itu pancaran yang sesungguhnya atau palsu.
Share:
Jasaview.com

Dilihat 30 Hari Terakhir

Jasaview.com
Jasaview.com