Rabu, 30 Oktober 2013

Kerugian Bagi yang Datang Shalat Jum'at Sesudah Khutbah Dimulai

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Sangat-sangat ditekankan untuk mendatangi shalat Jum’at (sudah berada di masjid) sebelum imam naik mimbar. Karena para Malaikat berada di pintu-pintu masjid mencatat siapa-siapa yang datang. Yang pertama dicatat pertama, kemudian berikutnya dan berikutnya. Karenanya siapa yang datang lebih awal mendapat keutamaan lebih banyak daripada yang belakangan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, NabiShallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَقَفَتْ الْمَلَائِكَةُ عَلَى أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ فَيَكْتُبُونَ الْأَوَّلَ فَالْأَوَّلَ فَمَثَلُ الْمُهَجِّرِ إِلَى الْجُمُعَةِ كَمَثَلِ الَّذِي يُهْدِي بَدَنَةً ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي بَقَرَةً ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي كَبْشًا ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي دَجَاجَةً ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ وَقَعَدَ عَلَى الْمِنْبَرِ طَوَوْا صُحُفَهُمْ وَجَلَسُوا يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ

"Jika tiba hari Jum'at, maka para Malaikat berdiri di pintu-pintu masjid, lalu mereka mencatat orang yang datang lebih awal sebagai yang awal. Perumpamaan orang yang datang paling awal untuk melaksanakan shalat Jum'at adalah seperti orang yang berkurban unta, kemudian yang berikutnya seperti orang yang berkurban sapi, dan yang berikutnya seperti orang yang berkurban kambing, yang berikutnya lagi seperti orang yang berkurban ayam, kemudian yang berikutnya seperti orang yang berkurban telur. Maka apabila imam sudah muncul dan duduk di atas mimbar, mereka menutup buku catatan mereka dan duduk mendengarkan dzikir (khutbah)." (HR. Ahmad dalam Musnadnya no. 10164)
Share:

Selasa, 29 Oktober 2013

Agama dengan Logika

Sebagian kalangan ada yang berprinsip, jika ada dalil yang bertentangan dengan logika, maka tetap logika yang lebih dikedepankan. Itulah sikap sebagian pengagung akal. Padahal agama Islam sejatinya bukan didasarkan pada logika, namun Islam itu manut dan ikut pada apa yang dikatakan dalil walau terasa bertentangan dengan logika.

Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْىِ لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلاَهُ وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ

“Seandainya agama dengan logika, maka tentu bagian bawah khuf (sepatu) lebih pantas untuk diusap daripada atasnya. Sungguh aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap bagian atas khufnya (sepatunya).” (HR. Abu Daud no. 162. Ibnu Hajar mengatakan dalam Bulughul Marom bahwa sanad hadits ini hasan. Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini).

Kata Ash Shon’ani rahimahullah, “Tentu saja secara logika yang lebih pantas diusap adalah bagian bawah sepatu daripada atasnya karena bagian bawahlah yang langsung bersentuhan dengan tanah.” Namun kenyataan yang dipraktekkan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah demikian. Lihat Subulus Salam, 1: 239.
Share:

Senin, 28 Oktober 2013

Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku

Inilah prinsip yang mesti dipegang oleh setiap remaja muslim. Prinsip ini mengajarkan sikap baro’ (tidak loyal) terhadap non-muslim. Namun bukan berarti kita tidak berbuat baik pada mereka. Bentuk ihsan (berbuat baik) berbeda dengan yang kami maksudkan. Tetap kita berbuat baik, namun dalam hal berkaitan dengan keyakinan dan agama, tidak boleh kita sebagai seorang muslim ada simpatik dan kasih. Ini prinsip yang mesti terus dijaga.

Allah Ta’ala berfirman mengajarkan prinsip yang mulia ini,

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” (QS. Al Kafirun: 6)

Ibnu Jarir Ath Thobari menjelaskan mengenai ayat ‘lakum diinukum wa liya diin’, di mana beliau berkata, “Bagi kalian agama kalian, jangan kalian tinggalkan selamanya karena itulah akhir hidup yang kalian pilih dan kalian sulit melepaskannya, begitu pula kalian akan mati dalam di atas agama tersebut. Sedangkan untukku yang kuanut. Aku pun tidak meninggalkan agamaku selamanya. Karena sejak dahulu sudah diketahui bahwa aku tidak akan berpindah ke agama selain itu.” (Tafsir Ath Thobari, 24: 704)

Ibnu Hayyan dalam Tafsir Al Bahr Al Muhith menerangkan, “Bagi kalian kesyirikan yang kalian anut, bagiku berpegang dengan ketauhidanku. Inilah yang dinamakan tidak loyal (berlepas diri dari orang kafir).”
Share:

5 Langkah Pertolongan Pertama pada Korban Lakalantas


Untuk menolong korban kecelakaan lalu lintas, masyarakat sebenarnya bisa berkontribusi setidaknya untuk memberi pertolongan pertama sembari menunggu bantuan medis datang. Dengan adanya pertolongan pertama, minimal angka kematian, kecacatan atau rugi materi bisa dikurangi.

"Masyarakat kita kurang cukup mental menolong korban kecelakaan lalu lintas karena tidak yakin dia mampu. Padahal itu semua bisa dilakukan asal kita memahami prinsip dari pertolongan pertama itu," papar dr Yogi Prabowo, SpOT.


Hal itu disampaikan dr Yogi pada sesi seminar 'Emergency Fair' yang diselenggrakan di Aula Fakultas Kedokteran UI, Salemba, Jakarta Pusat, seperti ditulis Minggu (27/10/2013). Untuk mengetahui apa saja pertolongan pertama yang bisa dilakukan untuk membantu korban lakalantas, berikut ini langkah-langkahnya:

1. Cek kesadaran

Periksa apakah korban masih dalam kondisi sadar atau tidak dengan menepuk atau menggerak-gerakkan pundaknya. Jika masih sadar, maka bantu korban untuk menemukan posisi yang paling nyaman sembari Anda meminta bantuan dari orang sekitar.

2. Cek pernapasan

Jika ia tidak sadar, buka jalan napasnya terlebuh dulu lalu lihat, dengar, dan rasakan apakah korban bernapas dengan normal. Jangan samakan pernapasan agonal dengan pernapasan normal. Pernapasan agonal biasanya terjadi setelah jantung berhenti sampai 40 persen, pasien sulit bernapas, berat, berisik, atau terengah. Pernapasan ini dikenal sebagai tanda serangan jantung. Pastikan pula Anda sudah menghubungi Unit Gawat Darurat.
Share:

Ibu di Matamu


Ibu adalah sosok yang selalu melekat dalam ingatan. Berbagai kenangan tentangnya, tak sedikitpun luput akan kesan kasih sayang. Ibu adalah tempat peraduan yang nyaman, di pangkuannya kau dibesarkan, usapan jemarinya memberi daya tumbuh kembangmu. Wajah keibuannya adalah telaga bening tempat kau bercermin. Tutur katanya adalah sepoi angin yang menghantarkan kedamaian. Seperti itukah ibumu?

Seiring waktu, kau akan dapat menilai sosok ibumu. Saat kau remaja, mungkin egomu yang lebih menonjol. Kau menilai sosok ibu sebagai pembatas gerakmu, dengan segala larangan-larangannya yang kau rasa tak sesuai zamanmu. Gaya mudamu dan pemikiran kuno ibu kadang tak sejalan. Jiwa pemberontakmu meletupkan segala emosi dan merenggangkan jarak dengan ibu. Dirimu memang tak selalu salah, dan ibumu tak selalu benar. Tapi, pernah kah kau melihatnya meneteskan airmata atas bentakanmu? Termenung demi memikirkanmu? Tersedu mengenang saat-saat mendebarkan kelahiranmu?

Kini, sosok ibumu telah sampai pada senjanya. Berbagai episode kehidupan telah dilaluinya. Kau tak akan pernah sepenuhnya tahu lika-likunya, bahkan dari sorot matanya tak akan jelas terbaca. Kegetiran dalam setiap langkah kehidupannya, ibu kerap sembunyikan dari penglihatanmu. Suatu saat, episode yang sama akan kau lalui: menjadi sosok ibu. Kau dapat menilai dengan kedewasaanmu, sedikit demi sedikit berbagai sikap ibu yang sempat kau tak mengerti, kelak akan dapat kau pahami atau maklumi. Kau juga akan dapat menyerap segala tutur kata dan didikannya. Berbagai ajarannya dapat kau petik. Tapi pada akhirnya, dengan caramu sendirilah kau akan melangkah.

Ibu di matamu, dengan segala keterbatasannya kadang menjadi sosok yang tak sempurna, sebagaimana manusia yang tak akan pernah sempurna. Sempurnakan saja cara mu memandangnya. Sediakan tempat terhormat di hatimu. Jadikan ibu sebagai cintamu. Mungkin kau tak akan pernah tahu, Ibumu tetap setia mendoakan, menanti kedatanganmu dan merindukanmu selalu, bahkan hingga ia menutup mata di penghujung senjanya.


Sumber: http:www.dakwatuna.com
Share:

Kamis, 24 Oktober 2013

Isra’ Mi’raj: Inspirasi Mengintegrasikan Sains dalam Aqidah dan Ibadah

Isra’ mi’raj bukanlah kisah perjalanan antariksa. Aspek astronomis sama sekali tidak ada dalam kajian Isra’ mi’raj. Namun, Isra’ mi’raj mengusik keingintahuan akal manusia untuk mencari penjelasan ilmu. Aspek aqidah dan ibadah berintegrasi dengan aspek ilmiah dalam membahas Isra’ mi’raj. Inspirasi saintifik Isra’ Mi’raj mendorong kita untuk berfikir mengintegrasikan sains dalam aqidah dan ibadah.

Mari kita mendudukkan masalah Isra’ mi’raj sebagai mana adanya yang diceritakan di dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih. Kemudian sekilas kita ulas kesalahpahaman yang sering terjadi dalam mengaitkan Isra’ mi’raj dengan kajian astronomi. Hal yang juga penting dalam mengambil hikmah peringatan Isra’ mi’raj adalah menggali inspirasi saintifik yang mengintegrasikan sains dalam memperkuat aqidah dan menyempurnakan ibadah.

Kisah dalam Al-Qur’an dan Hadits

Di dalam QS. Al-Isra’:1 Allah menjelaskan tentang Isra’: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad SAW) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Dan tentang mi’raj Allah menjelaskan dalam QS. An-Najm:13-18: “Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada surga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”
Share:

Sifat Malu Kaum Wanita

Malu adalah akhlak yang menghiasi perilaku manusia dengan cahaya dan keanggunan yang ada padanya. Inilah akhlak terpuji yang ada pada diri seorang lelaki dan fitrah yang mengkarakter pada diri setiap wanita. Sehingga, sangat tidak masuk akal jika ada wanita yang tidak ada rasa malu sedikitpun dalam dirinya. Rasa manis seorang wanita salah satunya adalah buah dari adanya sifat malu dalam dirinya.

Apa sih sifat malu itu? Imam Nawani dalam Riyadhush Shalihin menulis bahwa para ulama pernah berkata, “Hakikat dari malu adalah akhlak yang muncul dalam diri untuk meninggalkan keburukan, mencegah diri dari kelalaian dan penyimpangan terhadap hak orang lain.”

Abu Qasim Al-Junaid mendefinisikan dengan kalimat, “Sifat malu adalah melihat nikmat dan karunia sekaligus melihat kekurangan diri, yang akhirnya muncul dari keduanya suasana jiwa yang disebut dengan malu kepada Sang Pemberi Rezeki.”

Ada tiga jenis sifat malu, yaitu:

1. Malu yang bersifat fitrah. Misalnya, malu yang dialami saat melihat gambar seronok, atau wajah yang memerah karena malu mendengar ucapan jorok.

2. Malu yang bersumber dari iman. Misalnya, seorang muslim menghindari berbuat maksiat karena malu atas muraqabatullah (pantauan Allah).

3. Malu yang muncul dari dalam jiwa. Misalnya, perasaan yang menganggap tidak malu seperti telanjang di hadapan orang banyak.
Share:

Selasa, 22 Oktober 2013

Muslimah; Diammu Berpikir, Bicaramu Dzikir


Wanita dan dunia, hmm dua kata yang pantas disandingkan. Mengapa? Tentunya semua orang tahu dong dibalik kehidupan ini selalu ada peran wanita bahkan Rasulullah pun menyebutkan kata ”ibumu” sampai tiga kali ketika Beliau ditanya siapa yang harus dihormati dan setelahnya baru Rasul mengatakan “ayahmu”. Wanita lembut namun bukan berarti mereka lemah justru dengan kelembutan mereka dapat menjadikan dunia menjadi berwarna.

Sayang sekali bila para wanita tak mengetahui betapa memesonanya mereka. Bayangkan tatkala mereka menjadi seorang istri maka mereka menjadi bunga indah penyejuk sang suami setelah berjuang dengan penatnya dunia luar dan tatkala mereka menjadi seorang ibu maka mereka akan menjadi sosok yang menjadikan anak-anak merasa ingin cepat pulang ke rumah dan berbagi cerita bersama ibu tercinta.

Tentunya untuk menjadi wanita idaman memerlukan proses yang matang, tak semua wanita bisa dengan mudah menjadi sosok seperti itu namun hal itu tak juga sulit. Syaratnya wanita harus mencintai dan menyadari betapa berharga dirinya bagi dunia. Wanita, beruntunglah kalian, akan kelembutan yang kalian miliki, yang dengan nya kalian bisa merasakan betapa manis nya kehidupan. Nah itulah modal utama kita” LEMBUT”, hal yang tak dimiliki sosok lainnya. Lembut bukan berarti lemah, karena dengannya wanita lebih peka untuk merasakan sesuatu. Mau bukti jika wanita memang kuat?? Bagi Anda yang memandang wanita lemah maka renungkanlah analogi ini: “saat wanita mengandung sembilan bulan itu lah bukti pertama, jika Anda masih meragukan maka kami sarankan Anda untuk membawa buah kelapa ya minimal 2,5 – 3 kg selama sembilan bulan ke manapun Anda pergi bahkan saat Anda ke kamar kecil”. Jangankan 9 bulan mungkin satu minggu pun Anda akan merasa payah” selamat mencoba bagi para pria yang menganggap wanita dengan sebelah mata ^_^
Share:

Senin, 21 Oktober 2013

JAGALAH LIDAHMU DARI DELAPAN PERKARA DALAM BIDAYATUL HIDAYAH KARANGAN IMAM AL-GHAZALI



Pertama : Berdusta. Jagalah lidahmu darinya, baik saat serius maupun saat berkelakar. Janganlah kamu membiasakan dirimu untuk berdusta saat berkelakar, (sehingga itu akan mendorongmu untuk berdusta saat serius). Berbohong adalah salah satu induk dosa-dosa besar.

Kedua : Mengingkari janji. Jangan sekali-kali kamu menjanjikan sesuatu dan tidak memenuhinya, tapi hendaklah kebaikanmu kepada manusia berbentuk perbuatan tanpa ucapan. Apabila kamu terpaksa untuk berjanji, maka janganlah sekali-kali kamu mengingkari, kecuali karena ketidakmampuan atau keterpaksaan. Sebab, hal itu adalah salah satu dari tanda-tanda kemunafikan dan akhlak yang tercela. Nabi Saw bersabda, “Tiga hal; barang siapa dalam dirinya terdapat ketiganya, maka dia adalah orang munafik, meskipun dia berpuasa dan shalat; barang siapa yang apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia mengingkari, dan apabila dipercaya dia berkhianat.”[1]

Ketiga : Menjaga lidah dari ghibah. Ghibah lebih buruk daripada tiga puluh kali zina dalam Islam. Dalam al-Majma’ (13128), al-Haitsami menyebutkan dari Jabir ibnu Abdullah dan Abu Said al-Khudri, keduanya berkata : Rasulullah Saw berkata,”Ghibah itu lebih buruk daripada zina.” Dikatakan “bagaimana itu?” Beliau berkata,”Seorang laki-laki berzina, lalu bertaubat, sehingga Allah pun menerima taubatnya. Dan sesungguhnya pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai rekannya (yang dighibahinya) memaafkannya.” Al-Haitsami berkata,”Diriwayatkan oleh Thabrani dalam al-Ausath.
Share:

Senin, 14 Oktober 2013

ASAL USUL API DALAM LITERATUR ISLAM

Ketika Nabi Adam As. diturunkan ke bumi, beliau tidak lagi memperoleh makanan secara mudah seperti di surga. Beliau harus bekerja keras untuk memperoleh buah-buahan atau daging untuk dimakan.

Ketika beliau memperoleh binatang buruan dan menyembelihnya, ternyata tidak bisa langsung dimakan begitu saja karena masih mentah dan tentunya tidak enak. Karena itu beliau berdoa kepada Allah agar diturunkan api untuk memasak. Maka Allah Swt. mengutus Malaikat Jibril meminta sedikit api kepada Malaikat Malik di neraka untuk keperluan Nabi Adam tersebut.

Malaikat Malik berkata: “Wahai Jibril, berapa banyak engkau menginginkan api?”

Malaikat Jibril berkata: “Aku menginginkan api neraka itu seukuran buah kurma.”

Malaikat Malik berkata: “Jika aku memberikan api neraka itu seukuran buah kurma, maka tujuh langit dan seluruh bumi akan hancur meleleh karena panasnya!”

Malaikat Jibril berkata: “Kalau begitu berikan saja kepadaku separuh buah kurma saja.”

Malaikat Malik berkata lagi: “Jika aku memberikan seperti apa yang engkau inginkan, maka langit tidak akan menurunkan air hujan setetes pun, dan semua air di bumi akan mengering sehingga tidak ada satupun tumbuhan yang hidup!”

Malaikat Jibril jadi kebingungan, sebanyak apa api neraka yang aman untuk kehidupan di bumi? Karena itu ia berdoa: “Ya Allah, sebanyak apa api neraka yang harus aku ambil untuk kebutuhan Adam di bumi?”

Allah Swt. berfirman: “Ambilkan api dari neraka sebesar zarrah (satuan terkecil, atom).”
Share:

Rabu, 09 Oktober 2013

DATU SANGGUL “SYAIR SARABA AMPAT”

Allah jadikan saraba ampat
Syari’at thariqat hakikat ma’rifat
Menjadi satu di dalam khalwat
Rasa nyamannya tiada tersurat

Huruf ALLAH ampat banyaknya
Alif i’tibar daripada Zat-Nya
Lam awal dan akhir sifat dari asma
Ha isyarat dari af’al-Nya

Jibril Mikail malaikat mulia
Isyarat sifat Jalal dan Jamal
Izrail Israfil rupa pasangannya
I’tibar sifat Qahar dan Kamal

Jabarail asal katanya
Bahasa Suryani asal mulanya
Kebesaran Allah itu artinya
Jalalullah bahasa Arabnya

Share:

Jumat, 04 Oktober 2013

Hukum Wanita Bekerja dan Beberapa Syarat Perkerjaannya

Wanita adalah manusia juga sebagaimana laki-laki. Wanita merupakan bagian dari laki-laki dan laki-laki merupakan bagian dari wanita, sebagaimana dikatakan Al-Qur’an:

“…Sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain …” (QS. Ali Imran: 195)

Sesungguhnya Allah Ta’ala menjadikan manusia agar mereka beramal, bahkan Dia tidak menciptakan mereka melainkan untuk menguji siapa di antara mereka yang paling baik amalannya. Oleh karena itu, wanita diberi tugas untuk beramal sebagaimana laki-laki – dan dengan amal yang lebih baik secara khusus – untuk memperoleh pahala dari Allah Azza wa Jalla sebagaimana laki-laki. Allah SWT berfirman:Manusia merupakan makhluk hidup yang di antara tabiatnya ialah berpikir dan bekerja (melakukan aktivitas). Jika tidak demikian, maka bukanlah dia manusia.

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), ‘Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan…’” (QS. Ali Imran: 195)

Siapa pun yang beramal baik, mereka akan mendapatkan pahala di akhirat dan balasan yang baik di dunia:
Share:
Jasaview.com

Dilihat 30 Hari Terakhir

Jasaview.com
Jasaview.com