Nabi
Ibrahim AS adalah pelopor sebuah perjuangan dan pengorbanan. Jika kita
cermati dari peristiwa penyembelihan Nabi Ismail AS. Setidaknya ada dua
hal yang perlu kita hadirkan dibalik cerita korban Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail. Pertama adalah, tidak ada pengorbanan yang berarti jika tidak
didasari keimanan dan ketulusan kepada Allah SWT. Pengorbanan yang
didasari dengan iman dan ketulusan tidak akan dirasakan berat biarpun
bagi yang lainnya terasa berat. Dihadapan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail
adalah seorang putra tercinta yang kehadirannya dinanti-nanti sejak
puluhan tahun. Dan setelah hadir, dan semakin dalam dirasakan
kehadirannya dengan hatinya tiba-tiba mendapatkan perintah dari Allah
untuk menyembelih putra tercintanya. Mendapatkan perintah seperti ini
Nabi Ibrahim AS tidak merasa keberatan, karena imannya yang berbicara.
Disadari bahwa anak ini adalah karunia dari Allah SWT sekaligus amanat.
Jika karunia harus diambil sesuai janji Allah SWT tentu karena Allah
akan menggantinya dengan yang lebih baik. Sebab tidak ada nikmat Allah
SWT yang dicabut secara sesungguhnya dari seorang hamba yang beriman.
Dan amanat jika ternyata diambil kembali oleh Allah itu artinya justru
karena Allah SWT kasih dan sayang kepada hambanya, tidak ingin membebani
hambanya sesuatu yang memberatkannya.
Selasa, 06 Januari 2015
Kamis, 01 Januari 2015
Pendidikan Yang Sesungguhnya
Pendidikan sejati adalah orientasi hati.
Kecerdasan tidak bisa menjadi jaminan keberhasilan didalam pendidikan(tarbiyah).Betapa banyak orang mengeluh karena kenakalan seseorang yang cerdas. Ilmu yang memadai tidak bisa menjadi jaminan bahwa seseorang telah benar-benar mendapatkan tarbiyah.
Kecerdasan tidak bisa menjadi jaminan keberhasilan didalam pendidikan(tarbiyah).Betapa banyak orang mengeluh karena kenakalan seseorang yang cerdas. Ilmu yang memadai tidak bisa menjadi jaminan bahwa seseorang telah benar-benar mendapatkan tarbiyah.
Sebagian kaum yahudi yang 100% percaya bahwa Nabi Muhammad adalah nabi
yang akan di utus di akhir zaman (karena berita itu telah termaktub
didalam kitab suci mereka). Akan tetapi disasat tiba waktu kehadiran
Nabi Muhammad SAW ditengah-tengah mereka tidak mudah bagi merka untuk
menerimnya. Itu bukan karena mereka tidak tahu kalau beliau itu adalah
Nabi yang merena nanti-nanti. Tetapi karena ada yang salah didalam
tarbiyah maka ilmunyapun tidak membantu mereka untuk menginsafi
keberadaan Nabi Muhammagd SAW sebagai Nabi. Kesalahan tarbiyah tersebut
menyebabkan kekosonga hatinya dari sifat insaf dan akhirnya datang
penggantinya sifat takabbur dan dengki kepada Nabi Muhamad SAW.
Medan tarbiyah adalah didalam hati, dan karena tempatnya adalah hati
sulit sekali untuk dideteksi penyakit-penyakitnya. Yang terlahir dari
tindak-tanduk itu hanya pancaran dari apa yang ada di dalam hati. Tidak
mudah bagi orang yang melihat pancaran itu untuk membedakan apakah itu
pancaran yang sesungguhnya atau palsu.