Selasa, 28 Januari 2014

Bagi Muslim Italia, Cara Indonesia Lebih Cocok Dari Pada Cara Arab

Komunitas Muslim Italia
Komunitas muslim di Italia mengagumi cara orang Indonesia dalam menyebarkan agama Islam. Mereka ingin meniru apa yang dilakukan oleh orang Indonesia untuk mengenalkan Islam di Italia.

Wakil Ketua Italian Islamic Religious Community sekaligus Ketua Dewan ISESCO (Islamic Education, Scientific, and Culture Organization) Eropa Yahya Sergio Yahe Pallavicini mengatakan, cara yang dilakukan oleh orang Indonesia sejak ratusan tahun lalu untuk menyebarkan Islam sangat menarik.

Dalam menyebarkan agama Islam, orang Indonesia menggunakan pendekatan budaya. “Ini membuktikan bahwa Islam adalah agama yang bijak, bisa melakukan pendekatan terhadap orang yang belum Islam melalui cara budaya lokal. Ini memberikan keuntungan pada orang yang belum memeluk Islam,” kata Yahya di sela acara Konferensi Islam Khusus Menteri Kebudayaan yang diselenggarakan oleh ISESCO di Madinah, Arab Saudi, Rabu (22/1).

Menurut Yahya, cara yang dilakukan oleh orang Indonesia dalam menyebarkan agama Islam berbeda dengan orang Arab. Ia sudah bertahun-tahun mempelajari bagaimana penyebaran dan pengembangan agama Islam yang dilakukan oleh Indonesia dan Arab. “Arab bagus karena tempat lahirnya Islam.

Tapi tidak mudah jika cara-cara Arab diimplementasikan di Italia,” kata Yahya. Karena itu, ia menilai cara yang dilakukan oleh Indonesia dalam menyebarkan dan mengembangkan agama Islam lebih cocok dikembangkan di Italia. Karena, terkadang orang non muslim di Italia tidak menyukai cara-cara yang dilakukan orang Arab dalam memperkenalkan agama Islam.
Share:

Senin, 27 Januari 2014

Sejuta Fadhilah Shalawat


Al-Mushtafa SAW. Sebingkai mozaik nan indah. Kontruksi cita rasa Sang Kuasa yang sempurna. Cahaya yang bertahta megah di atas cahaya-cahaya. Makhluk terindah, termulia, tersantun, yang tiada duanya.

“Dialah yang di langit dikenal sebagai Ahmad, sedang di bumi dikenal sebagai Muhammad.” begitulah Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi melukiskan sosok Rasulullah SAW dalam kata-kata. “Dialah penguasa maqam mahmud. Bendera puja dan puji tegak dalam genggamannya.”

“Tidaklah ia dikenal sebagai Muhammad sebelum diseru sebagai Ahmad. Sebab (di langit) ar-Robb SWT telah memuji sosoknya jauh sebelum seluruh makhluk mengenalnya. Ia mengagul-agulkannya jauh sebelum manusia menyanjung-nyanjungnya. Engkau bakal menjumpai nama Ahmad pada kitab-kitab suci terdahulu. Sedang dalam al-Qur’anul Karim, termaktub nama Muhammad. Dialah yang terlayak menuai pujian-pujian. Dialah yang teragung diantara insan-insan yang layak dipuji.”

“Hanya untuknya, kelak maqam mahmud disingkap diiringi pujian-pujian. Tak pernah tersingkap untuk selain dirinya. Dengan maqam mahmud itu, Sang Kuasa senantiasa memujinya. Berbekal maqam mahmud itu, ia menjelma sebagai pemberi syafaat tertinggi. Bendera puja dan puji terajut hanya untuknya, seorang. Umatnya disebut-sebut sebagai al-Hamidun (Orang-orang yang gemar memuji) dalam kitab-kitab terdahulu. Dan tatkala kakeknya, Abdul Muthalib, menyematkan nama Muhammad, ia mengunjuk doa, “Aku berharap kelak seluruh penghuni langit dan bumi akan senantiasa memujinya.”
Share:

Rabu, 22 Januari 2014

Arti Sebuah KERINDUAN

Yang terucap dengan lidah kita, tentang Allah SWT, ridho Allah SWT, surga, neraka, Iman kepada Allah SWT, Rasulullah SAW dan segala hal di seputar Islam. Sudahkan kalimat-kalimat tersebut disaat terucap di bibir, sekaligus dirasa oleh hati nurani kita. Berapa kali kita menghadiri diskusi tentang Islam, seminar tentang syari’ah, perencanaan dalam da'wah dan lain sebagainya. Seberapa besar makna kedekatan kita kepada Allah SWT kita rasakan dari segala gebyar aktivitas tersebut. Teringat sabda Nabi SAW, " Ada orang membaca Al-Qur'an, akan tetapi bacaannya tidak bisa melewati tenggorokannya." Artinya ada orang berbicara tentang perjuangan untuk Islam, syari’at Islam, Allah SWT dan lain sebagainya. Akan tetapi pembicaraan tersebut hanya bergema ditenggorokannya saja dan tidak bisa terus meresap ke hati. Ada orang yang sibuk diskusi tentang Islam dan berbicara tentang pemikiran Islam dan Islam akan tetapi diskusi dan pembicaraan tersebut hanya berputar-putar di seputar otak kepalanya dan tidak bisa di hayati oleh hatinya. Ada orang yang lantang suaranya mengajak orang lain kepada Allah SWT dengan metode penyampaian yang amat menarik, akan tetapi ajakan tersebut hanya untuk orang lain sementara hatinya sendiri tidak merasa terpanggil untuk menyambut ajakan tersebut. Itulah orang-orang yang didustakan oleh Allah SWT kelak di Akherat. Di dunia mempunyai gelaran kebesaran dalam urusan agama, akan tetapi gelar-gelar tersebut tidak mereka ketemukan di akhirat.

Yang kita lakukan di saat ini dan di saat-saat yang telah lalu dari diskusi tentang Islam dan da'wah. Yang sering kita suarakan dan kita perdengarkan kepada orang lain tentang iman, surga, neraka dan lain sebagainya. Sudahkan semua itu menjadikan kita semakin takut kepada Allah SWT, semakin rindu kepada Allah SWT, semakin mengagungkan Allah SWT, semakin cinta Rasulullah SAW dan Islam?
Share:

Sabtu, 04 Januari 2014

Menggapai Hidayah Dengan Keinsyafan

Imam muslim mengabadikan sebuah kisah yang di sampaikan oleh Rasulullah SAW. Kisah sebuah ketulusan kunci mendapatkan hidayah dan kemuliaan. Disebutkan bahwa Rasululullah SAW bercerita tentang seorang Kiai yang sangat gemar beribadah. Ia sengaja memilih tempat yang jauh dari kebisingan kota, di atas gununglah yang jadi pilihannya. Cukup lama ia berada di tempat tersebut hari-harinya adalah hanya untuk bersujud dan berdzikir kepada Allah.

Ditempat yang berbeda,yaitu ditengah kebisingan manusia mencari dunia hiduplah seorang pemuda yang bergelimang dalam dosa dan kenistaan. Ia adalah preman pasar yang dalam kesehari-harianya adalah menimbun dosa.
Pada suatu ketika sang kiai yang di atas gunung tersebut kehabisan bekal makanan, maka iapun harus segera turun ketengah pasar untuk membeli bekal makanan secukupnya.

Dalam waktu yang bersamaan, preman pasar yang terkenal dengan kejahatanya tersebut tiba-tiba tergerak hatinya untuk bertemu dengan kiai yang tinggal di atas gunung. Ia yakini ia adalah orang soleh dan kedatangannyapun adalah untuk tujuan yang amat mulya yaitu ingin mendengar nasehat dan mendapatkan bimbingan dari sang kiai. Maka iapun mengambil keputusan untuk pergi ke atas gunung untuk menemui orang tersebut.
Share:
Jasaview.com

Dilihat 30 Hari Terakhir

Jasaview.com
Jasaview.com