Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Berbohong atau berdusta adalah
menyampaikan sesuatu tidak sesuai dengan kenyataannya. Ia termasuk
perbuatan sangat tercela secara syar’i, akal sehat, dan fitrah yang
lurus. Ia maenghantarkan kepada perbuatan dosa dan kejahatan. Termasuk
jalan paling pintas menuju ke neraka.
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ
الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى
الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ صِدِّيقًا
وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي
إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا
“Sesungguhnya kejujuran menunjukkan
kepada perbuatan baik, dan perbuatan baik menunjukkan kepada surga, dan
sesungguhnya seseorang yang membiasakan jujur ia akan dicatat di sisi
Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta menunjukkan
kepada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa menunjukkan kepada neraka, dan
sesungguhnya seseorang yang biasa berdusta ia akan dicatat di sisi
Allah sebagai pendusta.” (Muttafaq ‘Alaih)
Islam sangat mencela perbuatan dusta
atau berbohong. Umat Islam diperingatkan secara umum agar tidak
berdusta. Bahkan Islam mengategorikannya sebagai bagian dari tanda
kekufuran dan kenifakan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 39)
إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ
“Sesungguhnya yang mengada-adakan
kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat
Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS. Al-Nahl: 105)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik ada tiga: apabila ia berkata dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila diberi amanat berkhianat.” (Muttafaq ‘Alaih)
Dalam hadits yang sangat masyhur, “Ada
empat hal, yang jika berada pada diri seseorang maka ia menjadi seorang
munafiq sesungguhnya, dan jika seseorang memiliki kebiasaan salah satu
dari padanya, maka berarti ia memiliki satu kebiasaan (ciri) nifaq
sampai ia meninggalkannya; bila dipercaya ia berkhianat, bila berbicara
ia berdusta, bila berjanji ia memungkiri dan bila bertikai ia berbuat
curang.” (Muttafaqun 'alaih)
Maka semaksimal mungkin kita
menghindarkan diri dari berbohong. Jangan mudah berkata dusta walau
dalam perkara-perkara kecil. Karena demikian itu akan mengurangi
kepercayaan orang kepada kita saat kita menyampaikan kebenaran.
Ada beberapa perkara yang dikerjakan
tanpa mereka berdosa, padahal ia benar-benar bagian dari perbuatan
bohong. Di antara contohnya:
Pertama,
memanggil anak kecil untuk dikasih sesuatu padahal ia tak punya yang
dijanjikan tersebut. Termasuk di dalamnya mengingkari janji kepada anak
kecil atau menjawab pertanyaan anak kecil dengan jawaban dusta.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amir Radhiyallahu 'Anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
pernah datang ke rumah kami yang saat itu aku masih kecil. Lalu aku
ingin keluar untuk bermain. Lalu ibuku memanggilku: Hai kemarilah, aku
kasih kamu.
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya kepadanya: Apakah sebenarnya kamu tidak ingin memberinya? Ibuku menjawab: Aku akan kasih dia kurma. Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepadanya: Adapun jika kamu tidak memberinya apa-apa maka dicatat atasmu perbuatan dusta.” (HR. Abu Dawud)
Kedua, menyampaikan setiap apa yang didengar tanpa di cross-check. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Cukuplah seseorang dianggap berdusta kalau dia menyampaikan setiap yang ia dengar.” (HR. Muslim)
Ketiga, berkata bohong untuk membuat orang tertawa (melawak). Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
“Celakalah orang yang berbicara,
padahal ia berbohong untuk sekedar membuat orang-orang tertawa,
celakalah dia, kemudian celakalah dia.” (HR. Abu Dawud dan Al-Tirmizi. Dihassankan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 7136)
Keempat, ngegombal, yakni mengobrol sambil becanda dengan cerita-cerita dusta. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
لَا يُؤْمِنُ الْعَبْدُ الْإِيمَانَ كُلَّهُ حَتَّى يَتْرُكَ الْكَذِبَ فِي الْمُزَاحِ وَالْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ صَادِقً
“Seorang hamba tidak beriman dengan
sempurna sehingga ia meninggakan berkata bohong saat becanda dan
meninggalkan debat walau ia benar.” (HR. Ahmad)
Al-Imam Ahmad berkata, “Bohong tidak boleh baik serius atau main-main.”
Penutup
Siksa yang disediakan bagi pendusta
sangat berat, sebelah wajahnya dirobek dengan besi sampai tengkuknya;
dimulai dari mulut sampai tengkuk, lalu sebelah mata sampai tengkuk, dan
dari mata sampai tengkuk. Setelah selesai, berganti sebelah wajah yang
lain. Belum selesai sebelah wajah kedua dirobek, sebelah wajah yang
pertama kembali seperti semula dan siap disiksa kembali. Silahkan baca: Ngerinya Siksa atas Pendusta; Wajah Disobek Dengan Besi Sampai Tengkuk.
Jika demikian berat dan ngeri siksa
neraka maka selayaknya kita menjauhi bentuk-bentuk dusta dna berkata
bohong, baik yang beresiko besar atau yang beresiko kecil. Baik saat
serius maupun saat becanda. Wallahu Ta’ala A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
0 komentar:
Posting Komentar