Senin, 28 September 2020

Doa dan Ijabah "RIDHO DENGAN PILIHAN ALLAH"


 Al-Hikam Pasal 6

Doa dan Ijabah

"RIDHO DENGAN PILIHAN ALLAH"

لاَ يَــكُنْ تَــأَخُّرُ أَ مَدِ الْعَطَاءِ مَعَ اْلإِلْـحَـاحِ فيِ الدُّعَاءِ مُوْجِـبَاً لِـيَأْسِكَ؛ فَـهُـوَ ضَمِنَ لَـكَ اْلإِجَـابَـةَ فِيمَا يَـخْتَارُهُ لَـكَ لاَ فِيمَا تَـختَارُ لِـنَفْسِكَ؛ وَفيِ الْـوَقْتِ الَّـذِيْ يُرِ يـْدُ لاَ فيِ الْـوَقْتِ الَّذِي تُرِ يدُ

"Janganlah karena keterlambatan datangnya pemberian-Nya kepadamu, saat engkau telah bersungguh-sungguh dalam berdoa, menyebabkan engkau berputus asa; sebab Dia telah menjamin bagimu suatu ijabah (pengabulan doa) dalam apa-apa yang Dia pilihkan bagimu, bukan dalam apa-apa yang engkau pilih untuk dirimu; dan pada waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau kehendaki."

Syarah

Doa adalah sebuah bentuk ibadah. Dan dalam Al-Quran, Allah memerintahkan kepada kita untuk berdoa kepada-Nya-dan Dia Ta'ala pasti kabulkan.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu." - Q.S. Al-Mu'min [40]: 60

Tanda seorang mukmin sejati adalah: lebih yakin dengan apa yang ada di Tangan Allah daripada apa yang dapat diusahakan oleh tangannya sendiri. Ketika doa yang kita panjatkan seolah tidak mendapat pengabulan dari Allah Ta'ala, disitu terdapat ruang pengetahuan yang kosong yang harus kita cari dan isi. Doa disini bukan hanya terkait masalah duniawi; tetapi juga termasuk dalam hal spiritual. Misalkan, kita berdoa agar diterima taubatnya dan dibersihkan dari segala dosa.

Hakikatnya setiap doa yang kita panjatakan adalah sebuah refleksi dari objek yang telah Allah siapkan. Tidak serta merta kita menginginkan sesuatu di dalam hati, kecuali telah ada objeknya. Tanpa objek yang telah Allah sediakan, pada dasarnya setiap orang tidak akan punya keinginan untuk berdoa. Seperti ketika menginginkan sebuah makanan, karena baunya sudah tercium dari jauh.

Hanya saja manusia kerap terjebak oleh ketidak-sabaran dan waham (kesalahan pemikiran) tentang dirinya sendiri. Seperti ketika seorang sahabat meminta kepada Rasulullah SAW agar berjodoh dengan seorang perempuan; maka jawaban Rasulullah SAW adalah: sekalipun dirinya dan seluruh malaikan memanjatkan doa maka bila itu bukan haknya dan tidak tertulis di Lauh Mahfudz pasti tidak akan terlaksana. Keinginannya untuk memiliki jodoh adalah sebuah isyarat akan objek yang telah Allah sediakan, tetapi keinginannya akan perempuan tertentu adalah karena syahwat dan wahamnya yang masih belum surut.

Doa membutuhkan pengenalan (ma'rifah) akan Allah dan akan diri sendiri. Allah yang lebih tahu apa yang terbaik bagi makhluknya, lebih dari seorang ibu mengetahui kebutuhan bayinya.

Alloh telah berjanji akan mengabulkan do'a. sesuai dengan firman-Nya, "Mintalah kamu semua kepada-Ku, Aku akan mengijabah do'amu semua" . dan Alloh berfirman, "Tuhanmulah yang menjadikan segala yang dikehendaki-Nya dan memilihnya sendiri, tidak ada hak bagi mereka untuk memilih."

Sebaiknya seorang hamba yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi mengakui kebodohan dirinya, sehingga tidak memilih sesuatu yang tampak baginya sepintas baik, padahal ia tidak mengetahui bagaimana akibatnya. Karena itu bila Tuhan yang maha mengetahui, maha bijaksana memilihkan untuknya sesuatu, hendaknya rela dan menerima pilihan Tuhan yang Maha pengasih, Maha mengetahui dan Maha bijaksana. Walaupun pada lahirnya pahit dan menyakitkan rasanya, namun itulah yang terbaik baginya, karena itu bila berdoa, kemudian belum juga terkabulkan keinginannya, janganlah terburu-buru putus asa.

Firman Allah: "Dan mungkin jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan mungkin jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." [QS. al-Baqarah 216].

Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily radhiallahu 'anhu ketika mengartikan ayat ini: ''Sungguh telah diterima do'amu berdua [Musa dan Harun alaihissalam] yaitu tentang kebinasaan Fir'aun dan tentaranya, maka hendaklah kamu berdua tetap istiqamah [sabar dalam melanjutkan perjuangan dan terus berdo'a], dan jangan mengikuti jejak orang-orang yang tidak mengerti [kekuasaan dan kebijaksanaan Allah]." [QS. Yunus 89].

Maka terlaksananya kebinasaan Fir'aun yang berarti setelah diterima do'a Nabi Musa dan Harun alaihissalam selama/sesudah 40 tahun lamanya.

Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Pasti akan dikabulkan do'amu selama tidak terburu-buru serta mengatakan, aku telah berdo'a dan tidak diterima."

Anas rodhiallohu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Tidak ada orang berdoa, melainkan pasti diterima oleh Allah doanya, atau dihindarkan dari padanya bahaya, atau diampuni sebagian dosanya, selama ia tidak berdoa untuk sesuatu yang berdosa atau untuk memutus silaturrahim.

Syeih Abu Abbas al-Mursi ketika ia sakit, datang seseorang membesuknya dan berkata: Semoga Alloh menyembuhkanmu [Afakallohu]. Abu Abbas terdiam dan tidak menjawab. Kemudian orang itu berkata lagi: Alloh yu'aafika. Maka Abu Abbas menjawab: Apakah kamu mengira aku tidak memohon kesehatan kepada Alloh? Sungguh aku telah memohon kesehatan dan penderitaanku ini termasuk kesehatan, ketahuilah Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam memohon kesehatan dan ia berkata: " Selalu bekas makanan khaibar itu terasa olehku, dan kini masa putusnya urat jantungku.''

Abu Bakar as-Siddiq memohon kesehatan dan meninggal terkena racun. Umar bin Khottob memohon kesehatan dan meninggal dalam keadaan terbunuh. Usman bin Affan memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh. Ali bin Abi Tholib memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh. Maka bila engkau memohon kesehatan kepada Alloh, mohonlah menurut apa yang telah ditentukan oleh Alloh untukmu, maka sebaik-baik seorang hamba ialah yang menyerahkan segala sesuatunya menurut kehendak Tuhannya, dan meyakini bahwa apa yang diberikan Tuhan kepadanya, itulah yang terbaik walaupun tidak sejalan dengan nafsu syahwatnya. Dan syarat utama untuk diterimanya doa ialah keadaan terpaksa/kesulitan. Allah subhanahu wata'ala berfirman: " Bukankah Dia [Alloh] yang memperkenankan [do'a] orang yang dalam kesulitan apabila dia berdo'a kepada-Nya..." [QS. an-Naml 62].

Keadaan terpaksa atau kesulitan itu, apabila merasa tidak ada sesuatu yang di harapkan selain semata-mata karunia Allah subhanahu wata'ala, tidak ada yang dapat membantu lagi baik dari luar berupa orang dan benda atau dari dalam diri sendiri.

Share:

Sabtu, 06 Juli 2019

Siksaan yang Paling Ringan di Neraka (Hadist)

عن أبى سعيد الحذرى رضي اللَّه عنه قال

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَنْتَعِلُ بِنَعْلَيْنِ مِنْ نَارٍ ، يَغْلِي دِمَاغُهُ مِنْ حَرَارَةِ نَعْلَيْهِ. رواه مسلم.


Dari Abi Sa'id Al Hudzri radhiyallahu anhuma berkata :

Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh siksaan yang paling ringan bagi penduduk neraka adalah ia memakai sandal dari api yang dapat mendidihkan otaknya karena panasnya kedua sandalnya.” (HR. Muslim).

Pelajaran yang terdapat didalam hadist:

1- Berdasarkan keterangan hadist tersebut, maka orang yang mendapat siksaan yang paling ringan di neraka adalah ia yang disulutkan api di kakinya hingga dapat mendidihkan otak yang ada di kepalanya.

2- Jika seorang hamba bertambah pengetahuannya terhadap neraka pasti meningkat rasa takutnya terhadap neraka.

3- Jika rasa takut ini meningkat, maka harus bertambah kesalehan dan perhatiannya terhadap waktunya. Karena kerugian di akhirat adalah sebesar-besar kerugian sehingga ia menangis sampai air matanya menggenang laksana sungai. "Sesungguhnya penduduk neraka akan menangis sehingga seandainya kapal berlayar di atas air matanya maka ia akan berjalan. Mereka menangis darah sebagai pengganti air mata." (HR. al-Hakim, beliau berkata: shahihul Isnad)

4- Semoga kita semua dan keluarga selalu mendapatkan ridhoNya dan dijauhkan murka dan siksa api neraka.

Tema hadist yang berkaitan dengan al qur'an :

1- Penyesalan di akhirat adalah penyesalan yang tiada terkira. Sampai-sampai digambarkan, mereka menggigit tangannya sendiri sebagai bentuk penyesalan dan kerugian. Berangan-angan kalau saja ia dikembalikan lagi ke dunia maka ia akan menjadi orang beriman yang baik. Namun penyesalan itu tak lagi ada gunanya.

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا

"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang lalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul"." (QS. Al-Furqan: 27

2- Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (At-Tahrim: 6) Yaitu bertakwalah kamu kepada Allah dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk bertakwa kepada Allah.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ 

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [At -tahrim: 6]
Share:

Senin, 03 Juni 2019

Ramadhan Akan Berakhir, Perbanyaklah Membaca Istighfar



Istighfar adalah meminta ampunan pada Allah. Istighfar  adalah penutup setiap amalan sholih. Shalat lima waktu, haji, shalat malam, dan pertemuan dalam majelis biasa ditutup dengan amalan dzikir istighfar ini. Jika istighfar berfungsi sebagai dzikir, maka itu jadi penambah pahala. Sedangkan jika ada sesuatu yang sia-sia dalam ibadah, maka fungsi istighfar sebagai kafaroh (penambal).

 ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz pernah membuat tulisan yang ingin dikirimkan ke berbagai ke negeri. Isi surat tersebut adalah memerintahkan mereka untuk menutup bulan Ramadhan dengan istighfar dan shodaqoh yaitu zakat fithri. Karena zakat fithri menyucikan orang yang berpuasa dari hal-hal yang sia-sia dan dari kata-kata yang haram. Sedangkan bacaan istighfar adalah sebagai penambal atas kekurangan yang dilakukan saat puasa karena melakukan hal-hal yang sia-sia dan haram. Oleh karena itu, sebagian ulama mengibaratkan shodaqoh fithri (zakat fitrah) seperti sujud sahwi dalam shalat.

 ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz menulis dalam kitabnya tersebut, ”Ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh ayah kalian Adam ‘alaihis salam,

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Al A’rof: 23).

Ucapkanlah seperti yang diucapkan Nuh ‘alaihis salam,

وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُن مِّنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Hud: 47)

Ucapkanlah seperti yang diucapkan Ibrahim ‘alaihis salam,

وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ

“dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat” (QS. Asy Syu’ara: 82)

Ucapkanlah seperti yang diucapkan Musa ‘alaihis salam,

رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku” (QS. Al Qashash: 16)

Begitu pula ucapkanlah seperti yang diucapkan Dzun Nun (Yunus) ‘alaihis salam,

لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

“Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim” (QS. Al Anbiya’: 87)

 Puasa kita butuh pada istighfar, sedangkan amalan sholih sebagai penggenapnya. Bukanlah puasa kita penuh cacat dikarenakan pelanggaran yang kita lakukan saat puasa?

Sebagian salaf berkata setelah kita shalat, maka kita beristighfar untuk menambal cacat dalam shalat. Ini dilakukan sebagaimana orang yang berbuat dosa beristighfar. Inilah keadaan orang-orang yang bagus ibadahnya (muhsin). Sedangan para pelaku maksiat, bagaimana keadaan keseharian mereka? Sungguh merugi jika waktu untuk berbuat baik malah berbalik menjadi maksiat. Lalu waktu berbuat taat, malah jadi waktu sia-sia.

Al Hasan Al Bashri berkata, “Perbanyaklah istighfar karena kalian tidaklah tahu kapan waktu turunnya rahmat.

Lukman pun pernah berkata pada anaknya, “Wahai anakkku, basahilah lisanmu dengan bacaan istighfar (permohonan ampun pada Allah) karena Allah telah memilih beberapa waktu yang do’a orang yang meminta tidak tertolak saat itu”.


Diringkas dari Lathoiful Ma’arif, karya Ibnu Rajab, hal. 376-378.

Share:

Sabtu, 25 Mei 2019

BENTENG & SENJATA AMPUH MELAWAN SYETAN


Sesungguhnya seluruh kekuatan, kekuasaan, kesempurnaan hanyalah milik Allah Pencipta alam.

Oleh karena itu, seorang hamba yang ditolong dan dilindungi Allah, maka tidak ada seorangpun yang mampu mencelakakannya.

Sehingga senjata pertama dan terutama bagi seorang mukmin untuk menghadapi syetan, ialah dengan beriman secara benar kepada Allah, beribadah dengan ikhlas kepada-Nya, bertawakkal hanya kepada-Nya, dan beramal shalih menurut aturan-Nya, lewat Sunnah Rasul-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberitakan, setan tidak memiliki kekuasaan terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman dan mentauhidkan-Nya.

Allah berfirman :

"Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah".[An Nahl : 99, 100].

Ibnul Qayyim menjelaskan, ketika Iblis mengetahui bahwa dia tidak memiliki jalan (untuk menguasai) orang-orang yang ikhlas, maka dia mengecualikan mereka dari sumpahnya yang bersyarat untuk menyesatkan dan membinasakan (manusia).

Disebutkan dalam Al Qur`an, Iblis mengatakan.

"Demi kekuasaanMu, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlas di antara mereka". [Shad : 82, 83]

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

"Sesungguhnya hamba-hambaKu tidak ada kekuasaan bagimu (Iblis) terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang sesat" [Al Hijr : 42]

Maka ikhlas adalah jalan kebebasan, Islam adalah kendaraan keselamatan, dan iman adalah penutup keamanan.

والله أعلمُ بالـصـواب
Share:

Sabtu, 18 Mei 2019

Pilih Mana !!! Khawatirkan Rezekimu Atau Amalmu



Janganlah khawatirkan rezekimu, karena Allah sudah menjaminnya untukmu, tapi khawatirkan amalanmu, karena Allah tidak menjaminmu masuk surga

Sahabat, rezeki kita sudah diatur dan sudah ditentukan. Kita tetap berikhtiar. Namun tetap ketentuan rezeki kita sudah ada yang mengatur. So, tak perlu khawatir akan rezeki.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”
(HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash)

 Ibnul Qayyim berkata,
“Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang. Jika Allah -dengan hikmahNya- berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti –dengan rahmatNya- membukan jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu"
(Al Fawaid)

 Sahabat, ingatlah! Rezeki selain sudah diatur, juga sudah dibagi dengan adil.
Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.”
(QS. Asy Syuraa: 27)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
“Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.”
(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 553)
Share:

Rabu, 15 Mei 2019

WAHAI PARA WANITA


Allah memberikan wanita banyak aturan
begitu juga banyak larangan yg harus di hindari..
wanita adalah sumber dosa...
tapi itulah cara Allah memuliakan kita WANITA

KHADIJAH, AISYAH, FATIMAH
bisa menjadi suri tauladan agar bisa  selamat dunia akhirat..

Dia Wanita

Kemuliannya yang membuatnya terjaga
Kecantikan akhlaknya yang menjadikanya tertutup
Kecerdasannya yang diakui dunia
Kepribadianya yang melahirkan pradaban
.
Jika para pujangga hanya mampu melukisan tentang keindahanmu
Sungguh itu hanyalah semu
.
Karna tenangmu telah terlukis abadi dalam surat Annisa
Yang terjaga kesuciannya
.
Ketangguhanya ada pada khadijah
Kecantikan akhalaknya melekat pada Aisyah
Kesederhanaanny terlukis pada Fatimah
.
Mereka nyata di rindu surga
Karna ketaatan dan ketundukanya pada sang pencipta. . “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)

Nilai mulia seorang wanita terletak dari seberapa bijaksana ia menjaga keindahannya, sebab ujian terbesar seorang wanita adalah ketika harus menyaingi hawa nafsunya untuk tak terlena sedikitpun dalam mengumbar keindahan yang dimilikinya kepada mata yang tak berhak melihatnya.
.
Maka dari itu, muliakanlah dirimu wahai wanita dengan terus menjaga keindahan yang kamu miliki, sebab bila kamu sudah pandai menjaga dirimu dari mata yang menghinakan sudah pasti Allah akan menyandingmu untuk membantu agar hatimu selalu terketuk oleh hidayah-Nya.
.
Kerana wanita akan dihinakan, dikatakan sumber musibah, dikatakan syaitan yang nyata apabila ia tak menghargai keindahan yang ada pada dirinya.
Share:

Sabtu, 11 Mei 2019

Lisanmu Menentukan Nilai Dirimu



Ada peribahasa, lisan itu bisa lebih tajam dari pedang. Kebenarannya sudah teruji, sebab kata-kata bisa memberikan luka yang lebih parah dari tebasan pedang

Satu pedang hanya bisa melukai satu atau beberapa orang, tapi lisan bisa hasilkan fitnah, yang korbannya bukan hanya sepuluh duapuluh, tapi sepenuh negeri

Karenanya Rasulullah ingatkan tentang menjaga lisan, sebab salah satu sebab manusia paling banyak rusaknya, karena tak bisa menghubungkan akal dan lisannya

Ingat, yang harus diatur itu lisan kita, bukan lisan orang lain. Sebab kita tak punya kuasa pada lisan orang lain, yang kita kuasai, ya lisan kita sendiri

Jadi jangan terlalu repot menanggapi celaan atau cacian orang lain, sebab bukan kita yang akan dihisab atas itu, dirinya justru yang akan dihisab

Omongan orang, tak menggambarkan nilai kita sedikitpun, tapi justru memberitahu level yang bicara. Nilai kita ditentukan dengan bagaimana respons kita atas itu

Karena lisan adalah pedang, maka cercaan dan celaan itu betujuan untuk melukai, kalau kitanya baper, malah si pencela akan senang, ia sudah berhasil melaksanakan tujuan

Ingat, tak ada satupun yang bisa melukai kita, kecuali kalau kita mengizinkannya. Kita tak bisa kendalikan orang lain, tapi kita berkuasa dan berdaulat atas diri sendiri

Belajar Islam, itu efeknya kita mampu menguasai diri sendiri, menggunakan lisan untuk kebaikan, dan bisa tetap tenang meskipun dihujani kata-kata berbisa

Terutama saat Ramadhan ini, habiskan saja tenaga dan suara, untuk melafadzkan ayat-ayat Allah, untuk berdakwah, untuk kebaikan. Abaikan mereka yang mencela

Sebab tiap-tiap manusia akan bertanggung jawab dengan amal mereka sendiri. Maka mengapa kita menyibukkan diri dengan apa yang orang lain katakan?

Share:
Jasaview.com

Dilihat 30 Hari Terakhir

Jasaview.com
Jasaview.com